BERLATIH: Atlet Pelatda NTB saat berlatih bersama sebelum pandemi virus corona menyerang di NTB. (Foto: KONI NTB) |
Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) NTB, Andy Hadianto mengatakan, proses latihan mandiri terpaksa diambil pihaknya. Langkah ini dinilai demi kebaikan atlet dan kesehatan atlet itu sendiri.
"Jangan sampai karena dipaksakan Pelatda, ada atlet kita yang terpapar. Kita harus pikirkan kebaikan mereka untuk kita semua," ucapnya kepada Jejak Lombok, Kamis (18/6).
Sembari menunggu pandemi virus Corona membaik, pihaknya terus mengingatkan atlet agar tetap waspada. Salam berlatih pun, para atlet diingatkan tetap menerapkan protokol standar kesehatan yang ditetapkan pemerintah.
Karena atlet latihan mandiri, sebutnya, pengawasan dan koordinasi masing-masing atlet diserahkan kepada KONI kabupaten kota. Pelimpahan wewenang ini agar jarak koordinasi dan pengawasan lebih dekat.
Andy juga menyebutkan bahwa pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX pelaksanaanny amundur dari jadwal semula. Sejatinya PON dilaksanakan sekitar September 2020, tapi diundur hingga Oktober 2021.
Mengingat semakin dekatnya pelaksanaan PON, sejauh ini Andy belum memastikan kemungkinan disentralisasikannya latihan atlet. Langkah ini dipastikan bisa terlaksana jika anggaran memadai.
Terpisah, atlet Pelatda NTB Sapwaturrahman mengungkapkan, pelatihan secara mandiri sudah dijalani sekitar 2 bulan yang lalu. Latihan mandiri ditetapkan sejak pandemi Corona dinyatakan darurat di NTB.
"Kita latihan di rumah saja dan ditekankan untuk jaga kebugaran," ungkapnya.
Ditanya terkait persiapan menghadapi PON XX, atlet spesialis kombat jauh dan lompat jangkit ini enggan memberi komentar. Ia juga menegaskan sejauh ini belum ada panggilan dari KONI NTB terkait kemungkinan akan digelarnya kembali Pelatda secara tersentral. (jl)