JAGA JARAK: Proses belajar di Ponpes Din Asyari menerapkan physical distancing antara santri yang satu dengan yang lain. |
"Kami sudah tidak kuat dengan pola belajar virtual. Santri kami tidak banyak yang memiliki telepon genggam," ungkap Kepala MA Din Asyari, Perigi, Kecamatan Suela, Lombok Timur, Asri Mardiyanto, Sabtu (21/6).
Saat ditetapkannya pandemi virus corona sekitar Maret lalu, ponpes yang dipimpinnya sempat menerapkan pembelajaran virtual. Namun demikian, pola ini dianggap tidak efektif.
Tidak saja karena santri tidak seluruhnya memiliki telepon genggam. Di lain sisi belajar secara virtual memaksa santri harus membeli pulsa yang berdampak pada penambahan biaya belajar.
Belakangan setelah ditetapkan masa normal baru oleh pemerintah menjadi angin segar bagi pesantren ini. Pihak pesantren memberanikan diri melaksanakan pembelajaran tatap muka.
"Kita rencanakan dengan tatap muka saja pola belajar. Yang nas dalam pelaksanaannya nanti tetap mengacu pada protokol kesehatan," ucapnya.
Demi memastikan kegiatan belajar dengan baik, pihak ponpes pun telah menyediakan tempat cuci tangan bagi santri. Mereka juga diharuskan mengenakan masker.
Selain itu, tambahnya, pihak ponpes juga melakukan pemeriksaan suhu tubuh kepada santri. Pengecaman suhu tubuh dilakukan tepat sebelum santri masuk ke ruang kelas.
Belum cukup dengan itu, kewaspadaan pihak ponpes juga sangat tinggi. Saat proses belajar dan selama berada di madrasah, semua santri diharuskan menerapkan jaga jarak kontak fisik.
Lewat upaya maksimal yang dilakukan pihak ponpes, terangny, Asri berharap agar kegiatan belajar mengajar berjalan lancar. Di lain sisi, proses transfer ilmu pengetahuan juga akan lebih mudah dan efektif.
"Itu harapan kita agar kegiatan belajar mengajar lebih baik. Lewat tatap muka kita harap aktivitas belajar lebih afdal," tegasnya. (jl)