PANGGILAN GUNUNG: Setiap pendaki yang menjejakkan kaki di Bukit Mantong selalu terpanggil kembali untuk mendaki bukit yang lain. |
Begitupun perdu belukar yang tumbuh berselang. Mereka berkoloni dalam jumlah yang tak bisa dibilang sedikit.
Padanan ilalang dan perdu belukar sepertinya tak cukup menjadi teman perjalanan. Kadang di beberapa bagian padanan itu terselip kembang-kembang berwarna putih. Edelweis.
Saban sore, halimun tipis menyergap mengabur pandangan. Kehadiran kabut yang ditingkahi angin mengundang desau dan membuat suasana terasa sangat melankolis.
Belum lagi ketika senja semakin merunduk di ufuk barat. Desiran daun-daun cemara yang ditiup angin siap menyekap pendaki dalam balada yang kian syahdu.
Begitulah, pemandangan yang tersaji. Sebuah pemandangan khas ala gunung. Itulah kesan yang melekat pada Bukit Mantong di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun Lombok Timur.
Bukit berketinggian 1,600 MDPL ini dari kejauhan seolah menjadi satu gugus dengan Bukit Pergasingan. Sebuah bukit yang sudah lebih dulu populer dan menjadi sasaran serbu para pendaki.
Bukit Mantong tingginya sekitar setengah dari Bukit Pergasingan. Dua bukit ini seolah menjadi bukit kakak beradik yang tak terpisah satu sama lain.
Seperti halnya Pergasingan, Mantong ditumbuhi banyak pepohonan pada bagian puncaknya. Dua bukit ini juga sama-sama memiliki area camping ground.
Bagi pendaki pemula, Bukit Mantong sangat direkomendasikan untuk dijejaki. Agar bisa sampai ke puncak, para pendaki tidak perlu menyabung diri dalam pekatnya peluh. Trek pendakian pun relatif ringan dibanding beberapa bukit yang lain di Sembalun.
"Itulah istimewanya Bukit Mantong," ucap pegiat wisata dan pencinta alam asal Sembalun, Rijal Sembapala, Sabtu (4/7).
Keistimewaan lain di bukit ini, yakni adanya pepohonan yang rimbun di puncak. Para pendaki yang telah menggelar tenda tidak perlu buru-buru turun saat cuaca panas menyapu. Pendaki bisa berteduh pada pohon-pohon yang ada sampai puas menikmati keindahan alam Sembalun.
Di puncak bukit ini, pendaki bisa menikmati hamparan petak-petak persawahan warga. Bahkan saat malam hari, lampu penerangan di rumah-rumah warga seumpama bintang yang berada di bawah jejakan kaki.
"Akan semakin indah pemandangannya kalau para pendaki berada dalam hammock sembari ngopi melihat kelap-kelip lampu rumah warga di malam hari," tuturnya.
Bagi Rijal, Bukit Mantong menjadi bukit perkenalan untuk pemula. Ia menjamin, setelah menjejakkan kaki di bukit ini, biasanya para pendaki pemula akan kembali lagi ke Sembalun. Entah kembali mendaki Bukit Mantong atau mendaki bukit yang lain.
Konon, kata Rijal, hawa rindu yang dipancarkan Bukit Mantong selalu memanggil orang-orang yang pernah mendakinya. Mereka terpanggil menjejakkan kaki kembali menjajal bukit-bukit di sekitar Sembalun.
Untuk dapat mendaki bukit ini, pihak pengelola menarik tiket masuk sama dengan bukit-bukit yang lain. Setiap pendaki dikenakan harga tiket Rp 10 ribu per orang per malam. Sementara untuk pelajar hanya dikenakan setengahnya saja, Rp 5 ribu.
"Tentu jika mereka berkelompok. Minimal 5 orang. Jika jumlahnya kurang dari 5 tarif tiket diberlakukan Rp 10 ribu seperti pengunjung umum," ucapnya.
Kendati mengaku sebagai pelajar, pihak pengelola tidak cepat percaya. Para pelajar atau mahasiswa harus menyertakan surat tugas atau izin dari sekolah atau kampus. Selain itu, diharuskan pula bisa menunjukkan kartu pelajar atau mahasiswa.
Saat ini Bukit Mantong dikelola KPLH-Sembapala, Pokdarwis dan Karang Taruna setempat. (jl)