BIKIN NGILER: Inilah landscape pemandangan yang disajikan di Gili Kunker, Dusun Taburan, Desa Kwang Rundun. |
Dua tempat yang berada di Selandia Baru (New Zealand) bagian utara itu karib diketahui karena kontur perbukitan nan hijaunya. Sepanjang perbukitan indahnya, savana membentang memanjakan pandangan. Keelokannya sanggup membuat berpasang-pasang mata terhenyak takjub.
Negara Kiwi ini seolah menjadi tanah yang diberkahi Tuhan bagi Suku Maori (suku asli Selandia Baru). Keindahannya telah mampu memikat mata dunia untuk menjejaki negara pertama di dunia yang dinyatakan bebas dari pandemi virus corona tersebut.
Jangankan mata telanjang pelancong biasa, sekelas Peter Jackson, sutradara serial Lord of The Rings saja dibuat terkesima. Sutradara kenamaan itu tak kuasa membendung hasratnya mengatakan “tidak” untuk menjadikan lokasi itu sebagai tempat pengambilan gambar film yang diproduksinya.
Konon, ihwal mula Peter Jackson jatuh cinta di tanah Hobbiton berawal ketika ia menaiki helikopter. Kala itu sedang mengudara mengitari lokasi peternakan milik keluarga Alexander.
Peternakan seluas kurang lebih 5 kilometer itu rupanya membuat Peter tak sedikit pun mengerdipkan mata. Ia terkesima sepanjang daratan perbukitan yang dijelajahi pandangannya.
Yah! Andai saja Peter Jackson kala itu menerbangkan helikopternya di bagian selatan Pulau Lombok. Bisa saja cerita akan berbeda. Bukan mustahil pula serial yang menghabiskan $281 juta itu akan dibuat di sini.
Agaknya tidak berlebihan menyebut demikian. Lihat saja kontur daratan di bagian selatan Pulau Seribu Masjid ini. Tak hanya terkenal karena pantainya, tapi keindahan Ashburton dan Matamata juga bisa dijejaki di tempat ini.
Bedanya, jika di perbukitan Ashburton dan Matamata dipenuhi domba, maka di perbukitan selatan Lombok banyak dipenuhi kerbau-kerbau warga. Kerbau-kerbau itu digembala dan dibiarkan berkeliaran di sepanjang permukaan perbukitan yang ada.
Sebut saja seperti di sejumlah perbukitan yang ada di Desa Kwang Rundun, Kecamatan Jerowaru Lombok Timur. Di sepanjang bukit yang ada dengan mudah ditemukan kerbau warga yang dilepas begitu saja.
Pemandangan ini dapat disaksikan dengan mudah terutama ketika musim kemarau. Berbeda dengan musim penghujan, bukit-bukit itu justru akan nampak hijau ditumbuhi tanaman jagung. Sementara pada bagian yang tidak ditanami akan ditumbuhi ilalang dengan liar.
Begitulah pemandangan yang tersaji di tanah selatan Pulau Lombok, khususnya di Lombok Timur. Bukit-bukit tak berpenghuni itu seolah menjadi serpihan Selandia Baru. Keindahannya siap digagahi oleh para traveller pencinta wisata pegunungan dan pantai.
Masih di Desa Kwang Rundun. Di Dusun Tambuan para pelancong sudah ditunggu eksotisnya Gili Lunjer. Destinasi wisata yang satu ini belum diketahui banyak khalayak.
Seumpama gadis, bisa dibilang obyek yang satu ini masih perawan. Buktinya, pengunjung destinasi berlatar pantai tersebut masih sepi. Keberadaannya tidak seramai kunjungan pantai-pantai di sekitarnya seperti Kura-kura atau Batu Dagong dan beberapa pantai yang berdekatan.
Bukti lain keperawanannya yakni, belum tersedianya pengelola pantai itu. Tak heran ketika memasuki pantai itu, tak ada tiket masuk atau portal yang akan menghentikan pengunjung.
Apa yang istimewa di Gili Lunjer? Pantai berbibir luas dan datar serta berpasir putih ini jauh lebih sejuk dibanding pantai di sekitarnya.
Rimbun tumbuhan pandan di sepanjang pantai ini bisa menjadi tempat berlindung dari tamparan matahari. Tentu pandan-pandan itu tanpa harus menghalangi pemandangan obyek di depannya.
Kendati sepi pengunjung, Gili Lunjer sudah disediakan beberapa berugaq (gazebo). Hanya saja, bagi pengunjung yang doyan makanan, hendaknya terlebih dahulu membeli bekal di luar. Penyebabnya karena di pantai ini belum tersedia pedagang yang berjualan.
Terhadap minimnya akses dan fasilitas yang tersedia di destinasi ini, Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Lombok Timur, Muhir mengatakan, sejauh ini pihaknya tengah melakukan inventarisasi kebutuhan penunjang di sektor pariwisata. Komunikasi dan koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait juga sedang diintensifkan.
“Ini kami lakukan karena sepenuhnya kami sadar tupoksi kami bukan membangun akses jalan,” ungkapnya, Minggu (12/7).
Koordinasi dan komunikasi yang digalakkan ini, bebernya, agar ada upaya sinkronisasi dan harmonisasi program. Dengan demikian program yang dicanangkan kedepan berorientasi pada tata kelola pariwisata yang baik.
Kata Muhir, langkah sinkronisasi dan hramonisasi inilah yang tengah dilakukan di bawah kepemimpinan H Ahmad Mugni selaku Kepala Dinas Pariwisata Lotim. Dengan tata kelola yang baik paling tidak konsep pariwisata Lotim kedepan akan lebih terarah.
Secara pribadi, Muhir mengaku tahu persis keberadaan Dusun Tabuan. Dusun yang menjadi akses menuju Gili Lunjer ini dikenalnya sejak ia berada di tempat itu sekitar tahun 1988.
“Saya tahu persis tempat itu. Pemandangannya bikin kita ngiler,” ucapnya. (jl)