Founder Go Mayur, Muhammad Solihin. |
MATARAM--Hari sedang terik-teriknya. Matahari yang berada di arah pukul 13.00 WITA terasa begitu menyengat kulit.
Tak banyak para pemotor terlihat lalu lalang di Jalan Pemuda, Gomong Mataram, Rabu (26/8). Sebuah pemandang berbeda seperti biasanya di jalan yang dikenal khalayak selalu ramai itu.
Keramaian di jalan Pemuda terutama karena menjadi jalan akses utama para mahasiswa. Jalan tersebut setidaknya menghubungkan beberapa kampus. Mulai dari Universitas Mataram, Universitas Pendidikan Mataram, UIN Mataram serta beberapa kampus lain. Belum lagi keramaian di jalan itu disebabkan karena banyaknya tersedia kos-kosan.
Nyaris di sepanjang pinggir jalan itu dipenuhi aktivitas jual beli dan layanan jasa. Bahkan, beberapa kedai-kedai kopi pun sudah tersedia dan siap disinggahi.
Tepat di timur sebuah klinik bernama Exonero, sebuah kedai kopi bernama Karmila, Solihin sudah menunggu. Hanya ia sendiri yang duduk mengisi 4 kursi yang melingkari meja bundar bagian tengah di kedai itu.
Ia terlihat sibuk memainkan dua buah telpon genggam miliknya secara bergantian. Ia bahkan tak sadar jika tamunya sudah memasuki pelataran parkiran kedai kopi itu.
Ya, di tempat itulah pemilik nama lengkap Muhammad Solihin ini menunaikan janji bersama JEJAK LOMBOK.
Saat disambangi lebih dekat, barulah sosok pemuda asal Desa Tirtanadi, Kecamatan Labuan Haji ini menyadari kehadiran tamunya. Seulas senyum pun mengembang sembari menyodorkan tangannya bersalaman.
"Saya kira tidak jadi datang. Saya dari tadi mainkan HP layani pelanggan," ucapnya langsung membuka percakapan.
Pemuda kelahiran 6 Februari 1993 ini lantas menyilakan duduk sembari memesan minuman dingin. Belum saja pesanan tiba, ia memperlihatkan telpon genggamnya yang sedang dipenuhi pesanan.
Ya, Solihin adalah founder Go Mayur. Sebuah aplikasi dengan basic jual beli sayur secara online.
Ada cerita panjang di balik proses dirintisnya aplikasi market online itu. Solihin merupakan salah satu pentolan aktivis organisasi kemahasiswaan ternama.
Berbekal statusnya sebagai mantan ketua aktivis pergerakan, ada gengsi yang dipikul di pundaknya. Status itu disebutnya menjadi beban moral lantaran menjadi pengangguran dalam rentang waktu yang lama selepas kuliah.
"Kalau seandainya waktu bisa dikembalikan, saya memilih lebih baik tidak menyandang status itu," selorohnya.
Dengan status sebagai eks pergerakan, Solihin mengaku larut dengan berbagai kegiatan. Ia wara-wiri kesana-kemari tanpa visi akan diapakan masa depannya.
Ia mengaku beruntung karena lekas mengambil sikap. Mau tak mau, ia bertekad harus memiliki sumber penghasilan sendiri yang bisa menopang aktivitasnya.
Sebenarnya, berjualan sayur mayur berbasis online disebutnya sudah lama terlintas di pikiran. Namun itu tidak serta merta direalisasinya.
"Saya Googling dan buka-buka peluang usaha ini. Saya juga cek market online. Ternyata ada satu, tapi itu sudah tutup," tuturnya.
Barulah sekitar tiga bulan yang lalu, Solihin akhirnya memantapkan diri terjun di bisnis market online. Berbekal Rp 1,5 juta, ia mulai membuat aplikasi dan memesan komoditas sayuran yang akan dijualnya.
Sejak diluncurkan aplikasi Go Mayur miliknya, pesanan terus menerus datang. Seolah menjadi berkah, visi masa depan yang terlintas dipikirannya kini seolah terjawab.
Tahap awal peluncuran aplikasi ini, lanjutnya, ia berpikir lebih menyediakan sayur mayur yang cenderung tidak cepat busuk. Seperti wortel, kentang dan bawang misalnya.
Pesanan terhadap sayur mayur yang cenderung awet ini disebutnya untuk menyiasati potensi kerugian. Jika membeli komoditas sayuran seperti kangkung atau sawi, dipastikan usia kesegarannta tidak lebih dari dua hari.
"Karena sejak awal sy sangat menjaga kualitas barang yang saya jual. Harganya miring, tapi kualitasnya tidak kalah dengan supermarket," ucapnya meyakinkan
Kini setelah market online miliknya diluncurkan, sebagian besar pelanggannya bebasis di Mataram. Sejak menggeluti bisnis ini, ia mulai akrab dengan ibu-ibu rumah tangga.
Model komunikasi dengan ibu-ibu ini betul-betul dikuasai. Kendati berbasis market online, masih ada saja yangemawar harga meski sudah diberikan harga miring
Tidak butuh waktu lama bagi Solihin punya karyawan. Berbekal sejumlah asisten, kini barang-barang hasil pertanian yang dijualnya cepat siap antar ke pelanggan.
Hanya saja, kondisi itu disebutnya belum cukup. Kedepan, ia bertekad membuka lapak sebagai basis penjualan non online.
"Jadi menjaring uangnya tidak saja lewat online, yang off line pun dapat kita lakukan jika sudah ada lapak," tegasnya. (jl)