LEGEND!: Almahsyar berpulang dalam damai sebagai salah satu legenda dan maestro musik Pulau Lombok.
MATARAM--67 tahun silam, Lombok Timur dianugerahi kelahiran salah satu putra terbaik. Almahsyar namanya.
Dalam catatan perjalanan hayatnya, Almahsyar kecil hidup tak mudah. Tak hanya lahir dari keluarga kurang mampu, cobaan hidup yang ia jalani tak kalah beratnya.
Betapa tidak, di umurnya yang masih balita. Sosok ini sudah dihadapkan kenyataan hidup teramat pahit. Ibunya yang menderita cacar menularinya dan membuat penglihatannya tak berfungsi. Tragisnya lagi dari penyakit tersebut justru merenggut nyawa sang ibu.
Lahir di Lepak, Kecamatan Sakra Timur, sosok ini rupanya dianugerahi kelebihan lain. Di usianya yang masih balita, 5 tahun, ia sudah bisa memainkan alat musik.
Bakat luar biasa dalam bermusik yang dimiliki Almahsyar rupanya tak disia-siakan. Dalam suatu kesempatan, ia tampil dalam sebuah pentas di Lombok Tengah.
Rupanya dalam pentas itu, orang nomor satu di NTB (Gubernur) menyaksikan kepiawaiannya. Momentum itu rupanya menjadi titik balik luar biasa dalam perjalanan maestro musik tersebut. Almahsyar disekolahkan di Denpasar. Maklum di NTB waktu itu belum ada sekolah bagi penyandang tuna netra.
Selepas menimba ilmu di Pulau Bali, Almahsyar punya kepedulian tersendiri terhadap sesama penyandang tuna netra. Ia mendirikan sekolah tuna netra. Belakangan, sekolah ini merupakan sekolah tuna netra pertama di NTB.
Putra ketiga dari empat bersaudara ini rupanya tidak cukup puas dengan hanya mendirikan sekolah Badi kaumnya. Lewat sekolah itu pula ia menciptakan ruang aktualisasi diri kepada khalayak.
Siswa-siswi ya di sekolah itu diajarkan bermusik. Mereka inilah yang kemudian berkumpul dalam sebuah grup musik bernama orkestra Pelita Harapan. Sebuah grup musik yang melambungkan namanya, sekaligus menjadi grup orkestra legendaris.
Di tahun 1990-an, orkestra yang didirikan Almahsyar rutin tampil disetiap hajatan berskala besar. Nyaris tak ada satupn tempat yang di Lombok yang tidak pernah didatangi.
Mendengar nama Pelita Harapan, dipastikan tempat-tempat yang dituju selalu dibanjiri penonton.
Almahsyar bersama Pelita Harapan adalah legenda yang masih terus mengakar di sanubari masyarakat Lombok. Karya-karya seolah menjadi monumen kejayaan belantika musik daerah ini.
Lewat tangan dinginnya, Almahsyar menciptakan lagu Dangdut Sasak, Cilokak Rebane dan Cilokak Keroncong. Di masa jayanya, ribuan kasetnya laris di pasaran. Baik itu yang asli dan bajakan.
Minggu (20/9), Almahsyar berpulang di kediamannya di Selagalas, Kota Mataram. Ia meninggalkan karya-karya monumental sebagai kenangan.
Informasi yang beredar dari pihak keluarga, maestro musik Lombok ini akan dimakamkan hari ini, Senin (21/9). Kabarnya, ia dimakamkan di pemakaman umum Selagalas. (jl)