Sayuk Wibawati |
MATARAM--Alih-alih ngerumpi, sekelompok perempuan sejak pagi hari telah sibuk menghidupkan dapur Nutsafir Cookies. Sebuah brand lokal asli Lombok NTB yang berdiri sejak 11 September 2012 lalu.
Sekelompok perempuan itulah yang menyulap beraneka biji-bijian, dari kacang hijau, kedelai, mente, jagung, belinjo, kacang merah, lebui (kedelai hitam), hingga kopi yang tumbuh subur di tanah NTB menjadi kue-kue yang lezat dan bergizi.
Sayuk Wibawati, adalah perempuan pioner yang ada dibaliknya. Dengan keseriusan dan totalitasnya, ia berhasil membuktikan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) skala rumahan dapat melejit menembus pasar nasional bahkan hingga ke mancanegara.
Sayuk, panggilan akrab perempuan itu, juga memberdayakan perempuan-perempuan di daerahnya untuk bekerja. Mereka diberdayakan di bawah naungan Nutsafir Cookies, brand ciptaannya.
Sayuk Wibawati, “Kartini” asal Blitar yang sejak lulus SMA tinggal di Lombok NTB ini menceritakan sejarah jatuh bangun Nutsafir hingga bisa menjadi salah satu brand kue rumahan yang diperhitungkan. Selain dukungan dari keluarganya, perempuan-perempuan karyawannya, baik Pemerintah Kota Mataram maupun Pemerintah Provinsi NTB juga mengambil peran yang besar dalam membesarkan nama Nutsafir.
Terlebih di masa pemerintahan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah dan Dr. Sitti Rohmi Djalilah, yang sangat memperhatikan UMKM dengan program unggulan industrialisasinya. Berbagai pelatihan dari packaging hingga memberikan sertifikat bagi karyawan-karyawannya diberikan oleh dinas terkait.
Nutsafir Cookies sendiri telah meraih berbagai prestasi seperti keluar sebagai juara 3 kompetisi Blue Band Master. Mereka juga mendapatkan award sebagai salah satu makanan halal terbaik.
Tak hanya itu, Nutsafir juga meraih Bintang 1 Keamanan Pangan. Belum lagi belakangan ini, bekerjasama dengan banyak hotel ternama, aero wisata, hingga maskapai penerbangan Garuda.
Saat pameran di Guangzhu, Tiongkok Konjen Tiongkok dan Dubes Jordania pun mengaku sangat menyukai cita rasa Nutsafir Cookies. Bahkan, penganan ini juga sudah diekspor sampai ke negeri Belanda.
Sayuk mengawali semua prestasi itu saat ia merasakan waktunya lebih luang setelah anak-anaknya mulai masuk sekolah. Tak ingin tinggal diam, ia berinisiatif untuk mengolah beraneka ragam biji-bijian yang sebelumnya hanya diolah sebagai sayur menjadi kue kering untuk anak-anaknya. Karena disukai oleh anak-anaknya, ia pun memberanikan diri untuk mulai memasarkan kuenya.
“Saya memulai usaha ini dengan modal awal 3 juta rupiah. Awalnya dengan menggadaikan perhiasan ibu saya,” cerita Sayuk.
Dengan modal tersebut, Sayuk mulai menjual kue keringnya dengan menitipkan di toko-toko kecil dan toko oleh-oleh. Tak jarang Sayuk mendapatkan penolakan namun tak terbesit sedikit pun di hatinya berputus asa.
Ia ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa berkarya, tidak selalu menengadahkan tangan dan bergantung pada suami. Sebelum bencana gempa Lombok di tahun 2018 dan pandemi covid-19 yang membuat banyak usaha lesu, karyawan Nutsafir Cookies yang keseluruhannya merupakan perempuan mencapai 25 orang.
“Karena gempa dan pandemi, kini karyawan Nutsafir hanya 10 orang. Tapi karyawannya bukan diberhentikan, mereka mengundurkan diri karena menikah, hamil lagi, dan alasan pribadi lainnya,” jelas Sayuk.
Terus berinovasi dan memperkuat branding, diungkapkan Sayuk, sebagai kunci kesuksesan Nutsafir Cookies. Ia mengaku beraneka varian rasa yang sekarang merupakan hasil dari inovasi yang dilakukannya secara terus menerus. Ia juga memperkuat brand Nutsafir dengan taggline “Home Made With Love” atau kue buatan rumah yang dibuat dengan cinta.
“Cinta dari perempuan-perempuan yang mau ikut membantu perekonomian keluarganya,” jelas perempuan ayu tersebut.
Di tengah pandemi, kini Nutsafir Cookies fokus dan gencar memasarkan produknya secara online. Nutsafir bahkan memperkejakan tenaga khusus di bidang pemasaran online. Yang terpenting, jelas Sayuk, apapun kendala yang menghadang Nutsafir tetap harus bisa mewujudkan target-targetnya.
“Harapan saya kedepannya, Nutsafir bisa bangkit lagi seperti target sebelumnya. Dengan omset naik, kita bisa go nasional, go internasional, yang akhirnya kita pasti bisa membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak bagi perempuan-perempuan di NTB,” tandasnya. (jl)