GEDOR: Akibat kelangkaan elpiji 3 kg, sejumlah aktivis gedor DPRD Lotim.
|
SELONG--Sejak beberapa waktu belakangan ini masyarakat Lombok Timur mengalami kelangkaan elpiji 3 kilogram. Buntutnya, harga tabung gas melon ini terus membumbung.
Fenomena yang terjadi ini mengemuka saat sejumlah aktivis Lombok Timur yang menamakan diri ALARM NTB menggelar dengar pendapat di Kantor DPRD setempat.
Sekjen ALARM NTB, Zuarno Saputra mengatakan, kelangkaan gas melon ini kian hari terus menjadi-jadi. Masyarakat pu sulit mendapatkan barang tersebut.
"Kelangkaan terjadi sejak bulan Agustus. Kami cek di Lombok Timurimur hampir di setiap kecamatan terjadi hal serupa," ungkapnya, Selasa (1/9).
Menjadi hukum pasar, lanjutnya, kelangkaan yang terjadi berimbas pada harga. Biasanya, gas melon dihargakan Rp 18 ribu di tingkat eceran (konsumen). Namun sejak kelangkaan, harganya tembus Rp 25 ribu.
Kendati mahal, bebernya, masyarakat mau tak mau harus membeli elpiji 3 kilogram tersebut. Masyarakat membeli karena sudah menggantungkan kebutuhan bahan bakar dapurnya pada gas tersebut.
Zuarno lantas mengungkap beberapa persoalan lain di balik kelangkaan yang terjadi. Di beberapa tempat saat masyarakat membeli gas melon diharuskan pula membeli bahan kebutuhan lain seperti minyak goreng serta yang lainnya.
"Saat masyarakat tidak mau membeli bahan lain itu, pedagang tidak mau menjual elpijinya," ungkapnya.
Kehadiran ALARM NTB menyuarakan kelangkaan ini, bebernya, tidak lepas dari pentingnya intervensi pemerintah. Intervensi itu terutama mrnyangkut efektivitas regulasi yang ada, seperti Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999.
Terhadap lontaran aktivis itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lotim, Hj Masnan mengapresiasi sikap responsif para aktivis. Sudah sepatutnya segala persoalan yang terjadi di tengah masyarakat harus disuarakan.
"Sebelum ALARM NTB berkeluh kesah, kami yang duluan berkeluh kesah. Kami dua kali seminggu turun survei harga ke pasar di seluruh Lotim," ujarnya.
Dalam survei harga itu, bebernya, bukan hanya elpiji yang dipantau. Hal sama juga dilakukan terhadap svsko.
Dari Disprindag Lotim, jelasnya, selalu tetap memonitor harga. Ini dilakukan karna menjadi tugas dan fungsi yang diemban.
"Saat pengecekan yang dilakukan Dinas Perdangan turun ke agen, pangkalan dan bahkan ke pedagang kecil," tegasnya.
Berdasarkan hasil pantauan yang dilakukan, pihak Pertamina menyebut kurva gas untuk wilayah Lotim sebayak 27.280.000 ton. Jumlah ini setara dengan 9.920.667 buah tabung gas.
Dari jumlah yang tersedia, lanjutnya, sampai bulan Juli 2020 telah disalurkan ke wilayah Lotim sebanyak 13.600 ton. Jumlah ini setara dengan 4.533.333 tabung gas dan tersisa 4.559.334 tabung.
"Namun hasil koordinasi dengan Dinas Perdagangan NTB, kelangkaan gas elpiji ini tidak hanya terjadi di Lombok Timur," ucapnya.
Karena itu, Disperindag dan DPR Lotim akan berkolaborasi membentuk tim. Tim yang dibentuk melibatkan Alarm NTB untuk turun ke lapangan membuktikan dimana titik permasalahanya. (cr-zaa)