COACHING: Pengurus FKPT NTB foto bersama enumerator pada coaching survei nasional penguatan kebhinekaan dan literasi digital di Mataram. |
MATARAM--Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTB akan menggelar survei nasional tentang kebhinekaan dan literasi digital. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menangkal radikalisme.
Kepala Bidang Pengkajian dan Penelitian FKPT NTB, Dr Muhaimin mengemukakan, survei nasional dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia. Ini dilaksanakan dalam upaya mencegah faham radikalisme dan terorisme di daerah.
‘’Survei ini dilaksanakan BNPT secara nasional oleh 32 FKPT se-Indonesia, untuk provinsi NTB survei akan dilaksanakan pada tanggal 16-20 September 2020 di empat kota yaitu Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah dan Bima,’’ kata Muhaimin, di Mataram, Sabtu (12/9).
Ditanya soal dipilihnya Kota Bima sebagai salah satu tempat survei, dosen Fakultas Hukum Universitas Mataram ini mengatakan, lokasi survei sudah ditentukan oleh BNPT. Kalaupun Kota Bima kemudian dijadikan salah satu lokasi, bisa jadi karena pertimbangan sebagai daerah “merah” penyebaran faham radikalisme.
Muhaimin mengatakan, di era new normal pandemi Covid-19, enumerator atau tim lapangan ketika melakukan pengumpulan data dengan cara tatap muka diharapkan memperhatikan protokol kesehatan.
Untuk menyamakan persepsi pelaksanaan survei, enumerator selain diberikan pemahaman bagaimana teknis pelaksanaan survei, mereka juga diberi bekal tentang wawasan kebangsaan dan kebhinekaan dengan cara memahami FKPT secara khusus.
Survei yang dilaksanakan FKPT kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Enumerator dibekali sistem berbasis IT (Information Technology), dimana pertanyaan sudah ada dalam sistem dengan cara melakukan check list. Dengan begitu hasil wawancara hari itu juga bisa langsung terkirim di server yang dibuat salah satu lembaga survei bekerjama dengan BNPT.
‘’Informasi yang kita dapat menggunakan multistage random sampling. Untuk mengakses data provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga desa tersebut dilakuka secara acak dengan sistem yang telah dibuat pusat,’’ sebutnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, tujuan akhir dari survei ini untuk memetakan sejauh mana pemahaman masyarakat tentang aspek kebhinekaan dan kebangsaan. Terutama untuk mengetahui tentang NKRI, Pancasila dan UUD 45.
Disamping itu, survei ini juga untuk mengetahui sejauh mana literasi digital di tengah masyarakat. Dimana saat ini hampir semua orang menggunakan media internet.
‘’Banyak anggota masyarakat terutama kalangan generasi muda yang terpapar radikalisme melalui internet. Itu yang harus kita waspadai, dan tugas kita semua segera menangkal radikalisme yang mengarah ke terorisme,’’ katanya. (jl)