KEUTUHAN: Pencegahan radikalisme dan terorisme di masyarakat melalui pembuatan video pendek yang diselenggarakan Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTB bekerjasama dengan BNPT. |
MATARAM—Radikalisme dan terorisme masih terjadi di tengah masyarakat yang kini terdampak pandemi Covid-19. Pencegahan harus dilakukan semua pihak, termasuk melibatkan kalangan pelajar, masyarakat sampai lingkungan keluarga.
‘’Saya berharap semua pihak mewaspadai merebaknya paham radikalisme yang menjurus ke terorisme. Saat ini dinamika propaganda dan rekrutmen terorisme terus terjadi,’’ kata Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Deputi Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Letkol Laut Setyo Pranowo, di Mataram, Rabu (2/9).
Hal itu dikemukakan Setyo Pranowo saat hadir sebagai nara sumber pada kegiatan pelibatan pelajar SMA sederajat dalam pencegahan radikalisme dan terorisme di masyarakat melalui pembuatan video pendek. Dimana kegiatan ini diselenggarakan Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTB bekerjasama dengan BNPT.
Dijelaskan Setyo, radikalisme dan terorisme gaya baru mulai merekrut anggotanya secara terbuka media sosial, website dan social messenger. Cara ini digunakan dengan pertimbangan mudah diakses, audiens yang luas, kecepatan informasi, tidak ada kontrol dan regulasi. Ini berbeda dengan terorisme gaya lama yang merekrut anggotanya secara tertutup dengan memanfaatkan keluarga, pertemanan, ketokohan dan lembaga keagamaan.
Deteksi awal orang yang terpapar radikalisme terorisme antara lain intoleran tidak menghormati pendapat yang ada, fanatik terhadap pendapat sendiri dan memandang dirinya saja yang benar. Di lain sisi, orang lain dianggap sesat, menutup diri dari pergaulan dengan masyarakat di luar alirannya.
Selain itu, ia juga menghalalkan kekerasan dan selalu mengeluarkan kata-kata kafir bid’ah, murtad dan jihad.
Pada kesempatan tersebut Setyo mengungkapkan perkembangan terakhir aksi terorisme di tengah pandemi Covid-19. Dari catatan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dalam rentang waktu 1 Juni - 12 Agustus 2020, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 anti teror Mabes Polri telah menangkap 72 orang terduga teroris di delapan wilayah tanah air seperti adi di Jawa Tengah, Sumatera Barat, Jawa Timur, Riau, Jakarta dan Jawa Barat.
Untuk bulan Agustus saja, terjadi beberapa aksi teror. Misalnya di Kampar pada 11 Agustus telah ditangkap 5 terduga teroris, tanggal 12 Agustus terjadi aksi teror di DKI dan Bekasi dengan terduga 15 orang. Kemudian pada 13 Agustus, kembali terjadi aksi teror di Bekasi dan 4 orang terduga teroris ditangkap.
Sementara itu Ketua FKPT NTB, Dr HL Syafi’i meminta semua pihak harus memikirkan dan mengambil langkah strategis dan solusi alternatif atas kebutuhan bangsa akan persatuan dan kesatuan serta karakter dan intelektualitas pemuda/pelajar untuk menjamin masa depan bangsa ini.
Dikatkannya, meskipun dalam kondisi saat ini membuat semua elemen masyarakat harus tinggal di rumah akibat Covid-19. Namun tidak boleh lengah terhadap berkembangnya paham radikal yang dewasa ini sungguh memperihatinkan.
‘’Perlu kita ingat bahwa penyebaran paham radikal (radikalisme-terorisme) tidak hanya melalui face to face. Akan tetapi juga melalui media sosial seperti Youtube, Facebook, Instagram dan lain-lain. Bahkan hal tersebut lebih efektif dalam menyampaikan paham radikalisme-terorisme Maka dari itu, ini menjadi kesempatan besar bagi para kelompok radikalisme-terorisme untuk menyebarkan paham mereka lewat media tesebut,’’ katanya.
Syafi’ mengatakan, FKPT NTB melibatkan pelajar SMA sederajat dalam pencegahan radikalisme dan terorisme di masyarakat melalui pembuatan video pendek, merupakan ikhtiar mengajak anak muda untuk mewaspadai radikalisme sebagai bagian dari upaya-upaya pencegahan terorisme, dalam rangka merawat perdamaian dan kebhinekaan Indonesia.
Kepala Bidang Pemuda FKPT NTB, Lalu Prima Wira Putra mengingatkan perlunya kita menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara. Untuk itu diperlukan upaya strategis dengan menggalakkan gerakan kontra radikalisme di semua lapisan masyarakat, terlebih lembaga-lembaga pendidikan.
Menurutnya, lembaga pendidikan harus mengembangkan daya kritis generasi muda dalam mencerna informasi baik yang diterima secara langsung atau melalui dunia maya. Peran dunia maya di era digital sekarang ini merupakan media yang paling efektif untuk melakukan penyebaran gagasan.
‘’Masivnya ideologi radikalisme melalui media sosial oleh kelompok yang masih melakukan pemaksaan terhadap kehendaknya maka tidak cukup tugas ini diserahkan kepada aparat negara. Untuk itu dibutuhkan peran semua pihak termasuk ormas , lembaga adat, swasta, kelompok profesi , komunitas dan elemen kemasyarakatan lainnya,’’ tandasnya. (jl)