Iwan Setiawan
SELONG--Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) NTB beberapa hari yang lalu telah menandatangani kepahaman terkait program 10 juta ekor sapi. Hanya saja, banyak nada miring yang dialamatkan terhadap program tersebut.
Di jejaring media sosial, warganet menyebut program itu ilusif. Ini karena jumlah 10 juta ekor sapi dinilai sebagai angka yang mengada-ada, tidak rasional.
Salah satu akun medsos mengunggah, jumlah populasi di NTB hanya 1.242.749. Jumlah ini tersebar di 10 kabupaten kota di NTB.
Dengan persebaran jumlah tersebut, angka 10 juta sapi dinilai program hayalan. Penyebabnya karena jumlah tersebut malah melampuai jumlah penduduk NTB.
Tak hanya itu, beberapa akun lain juga mendaratkan nada miring. Program 10 juta sapi HKTI NTB dinilai tak lebih hanya isapan jempol semata.
Bersama PT Karya Hoqi dan PT Mineral Energi Mulia (MEM), HKTI NTB bahkan telah membuat nota kesepamahaman.
Menyusul adanya nada miring tersebut, Sekretaris DPP HKTI NTB, Iwan Setiawan menegaskan, program 10 juta sapi yang dicanangkan itu merupakan program riil. Tahapan perhitungannya pun sangat rigit.
Hal itu tertuang dengan rincian yang sangat detail dalam draf kerjasama antara HKTI NTB, PT Karya Hoqi dan PT Mineral Energi Mulia (MEM).
"Program itu telah melalui perhitungan yang sangat rigit," katanya, Sabtu (24/10).
Dia menerangkan, HKTI NTB telah meneken kerjasama dengan PT MEM yang merupakan anak perusahaan dari PT Karya Hoqi untuk mendatangkan sapi dari Australia. Dimana modal organisasi itu bersumber dari PT Karya Hoqi.
Kontrak kedua, bebernya, antara HKTI NTB dengan PT Karya Hoqi, dalam draf perjanjiannya ada kewajiban membeli kembali kepada organisasi dalam bentuk daging yang telah dipotong. Dan perusahaanlah yang nantinya akan mengekspor ke pasar Timur Tengah.
Pria yang akrab disapa Iwan itu, membeberkan, posisi HKTI NTB dalam sistem kerjasama dengan kedua PT tersebut.
Sejak ditandatangani MoU dengan PT Karya Hoqi, perusahaan ini telah menaruh modal secara sah di rekening milik HKTI NTB. Modal itu nantinya akan digunakan oleh organiasai untuk membeli sapi ke PT MEM selaku penyedia.
"Harus diketahui juga PT MEM ini adalah anak perusahaan dari PT Karya Hoqi, jadinya direktur utamanya satu, yaitu Haji Bachtiar," imbuhnya.
Dalam kontrak kerjasama antara HKTI NTB dengan PT MEM, ujarnya, telah jelas tertulis dalam draf kedua belah pihak. Isinya yakni HKTI NTB akan didropkan 10 juta sapi secara bertahap dalam jangka waktu 5 tahun. Dengan catatan jika tak cukup dalam kurun waktu yang telah dijanjikan, maka organiasi diberikan waktu tambahan, rincinya 600 ribu ekor sapi per tahun.
Dia menjelaskan, angka 10 juta ekor sapi yang diberikan kepada HKTI NTB itu merupakan jumlah kuota yang diberikan oleh Kementerian Pertanian RI kepada PT. Karya Hoqi untuk memenuhi pasar ekspornya ke Timur Tengah.
"Artinya PT Karya Hoqi melimpahkan seluruh kuotanya untuk HKTI NTB. Adapun kenapa kita taruh 10 juta itu merupakan kuota yang diberikan oleh Kementerian Pertanian kepada PT Karya Hoqi untuk ekspor daging ke Timur Tengah, khususnya sebanyak 10 juta ekor," ujarnya.
Lebih lanjut, HKTI NTB hendak membeli sapi dari anak perusahaan PT Karya Hoqi yaitu PT MEM sejumlah kuota tersebut. Jadi dari Australia, sebutnya, didatangkan ke NTB untuk dipelihara selama 3 bulan.
Di Lombok, imbuhnya, tak hanya memelihara namun juga disembelih dan dikemas baru dilempar ke pasaran ke berbagai negara, khususnya Timur Tengah.
Masih kata Iwan, untuk mengantisipasi ketidakmampuan HKTI NTB dalam mengelola sesuai target dari perjanjian, ia mengklaim telah menyiapkan skema lainnya. Skema itu yakni dengan membangun kerjasama dengan DPP HKTI NTT dalam penyediaan lahan ternak.
"Jadi 10 juta itu, ketika tidak cukup di NTB kita akan lari ke NTT, karena bekerja sama dengan PT Karya Hoqi ini tidak mutlak di Lombok dan Sumbawa, kami juga sudah menyiapkan lahan di wilayah NTT, bekerjasama dengan DPP HKTI Nusa Tenggara Timur," tegasnya.
Iwan membantah, jika pihaknya akan mendatangkan langsung10 juta ekor secara bersamaan ke NTB. Dia juga membantah, hendak mendatangkan 1 juta sapi ke bumi Patuh Karya dalam waktu yang bersamaan, malah itu sebutnya adalah sebuah kemustahilan.
"Tapi akan dijalankan bertahap. Jadi tidak ada hal-hal yang aneh di sini, tidak ada hal-hal yang tidak masuk akal. Jadi prosedurnya pun sangat sangat gampang, jadi kita HKTI NTB mencari peternak yang betul-betul peternak," ujarnya.
Pihaknya, lanjut Iwan, di HKTI NTB akan berupaya maksimal mendatangkan 25 ribu ekor sapi di triwulan ke lV, atau sampai akhir tahun 2020 ini. Sembari menunggu normalnya sarana dan prasarana pendukung, serta aktivitas Pelabuhan Pelindo ll Gili Mas Lombok Barat.
Nantinya jika keadaan sudah normal, dalam satu bulan ini akan dilakukan pengiriman sapi dari Australia ke NTB sebanyak 50 ribu ekor sapi. Harapannya setiap bulan itu 2 kapal, berarti rata-ratanya 50 ribu ekor sapi per bulan.
Pola binaan bagi peternak yang akan menerima program HKTI NTB ini, ujarnya, tak seperti yang selama ini, bukan ngadas yang kadang keuntungannya dibagi 3. Nantinya peternak hendak mendapatkan keuntungan pasti, yaitu 100 persen dari berat lebih sapi pada penimbangan awal.
Prioritas yang hendak di sasar dari program ini, bebernya, yaitu diutamakan orang yang berprofesi sebagai peternak. Setelah itu, baru ke pola lain dengan berkerjasama dengan pondok pesantren.
Program sapi ini, tegasnya, tak mungkin akan diberikan kepada orang yang tidak memiliki keahlian di peternakan sapi. Lantaran ada konsekuensi, baik itu penerima program (peternak) dan atau HKTI NTB sendiri.
Jadi tak bisa sembarangan berikan kepada guru dan masyarakat yang tidak punya keahlian dalam berternak sapi.
"Nanti mereka demam panggung, seolah-olah ini seperti sapi bantuan hibah, dong rugi kita. Jadi tidak demikian," ujarnya.
Dia menegaskan, baik organiasi maupun peternak memiliki tanggung jawab untuk memlihara dan menambah berat, ukruan, akan semakin banyak keuntungan.
pihaknya memiliki tanggung jawab, peternak memiliki tanggung jawab untuk memelihara dan menambah berat, semakin rajin, semakin besar, semakin banyak keuntungan," cetusnya.
Iwan menjelaskan, untuk harga daging sapi yang akan dibeli oleh PT Karya Hoqi kepada peternak binaan HKTI NTB sudah tercantum dalam nilai kontrak yakni Rp 55 ribu per kilo gram. Harga itu disebutnya sudah tinggi dibandingkan berat hidup sapi lokal. Lantaran itu, pihaknya berharap kepada seluruh masyarakat peternak untuk mempersiapkan diri.
Di lain sisi, perhatiannya soal ketersediaan pakan karena ada dua jenis pakannya yang harus disiapkan yakni, fermentasi dan alami berupa tanaman hijau rerumputan yang harus dicari oleh peternak.
Selain pakan, pihaknya juga harus menjamin kualitas kandang. Lantaran hal itu, akan memberikan bantuan modal awal kepada peternak, sesuai dengan jumlah sapi yang akan digemukkan.
"Menyikapi itu HKTI menyediakan modal awal bagi peternak. Modal awal di HKTI itu untuk pembelian pakan dan untuk pemeliharaan kandang, sesuai dengan ternak sapi yang diterimanya," ulasnya.
Ia memastikan jika tidak ada praktek pungutan dari awal sampai akhir bagi peternak. Bahkan jika ada temuan, ia meminta untuk segera dilaporkan ke pihaknya.
Jadi siapa saja boleh mengakses program ini. Yang penting yang bersangkutan merupakan peternak atau mau belajar berternak, serta memiliki kandang dan ketersedian pakan di lokasi masing-masing.
Atas penjelasannya itu, dirinya meminta bantuan kepada media agar mensosialisasikan program ini secara utuh. Tujuannya agar program ini diketahui utuh oleh masyarakat, serta menghindari cemoohan atau pesimisme pihak yang tidak memahami program ini. (cr-sy/*)