KREATIF: Anggota Gdeng Kreatif tengah membuat salah satu kerajinan berbahan kayu bekas dan bernilai ekonomis.
SELONG--Kucuran peluh nampak jelas terlihat pada sejumlah pemuda yang sedang memotong kayu. Kaos oblong yang dikenakannya basah bersimbah keringat.
Betapa tidak, siang itu sekitar pukul 14.30 WITA, tidak saja karena udara panas yang pengap. Tapi aktivitas fisik yang cukup berat membuat badan para pemuda itu harus bermandi keringat.
Kondisi ini tentu berbanding terbalik dengan langit siang itu. Di angkasa sana, awan terlihat kehitaman dan mendung. Namun udara yang panas sepertinya tak mampu diusir.
Para pemuda ini tampak menekuni pekerjaannya. Kayu dalam potongan-potongan kecil dan ukuran tertentu terus dibuatnya. Bersama itu, di tempat kerja mereka, gergaji mesin, palu penggaris serta bor bergantian berada dalam genggamannya.
Tangan-tangan itu tampak cukup piawai dalam membuat potongan kayu itu menjadi barang yang berharga. Padahal kayu yang mereka permak tak lebih adalah limbah barang bekas yang sudah tidak terpakai.
Begitulah suasana yang terjadi Minggu (18/10). Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Gdeng Kreatif di Dusun Karang Gading, Desa Kesik Kecmatan Masbagik, Lombok Timur ini mampu menyulap limbah kayu bernilai ekonomis. Di tangan para pemuda ini segala jenis kayu bekas dapat disulap bernilai ekonomis.
Bagi sebagian orang limbah kayu dipandang tak akan mendatangkan pundi. Tapi, tampaknya tidak dengan orang yang memiliki bakat seni. Karena selalu saja bekas apa pun dapat dijadikan sebagai barang yang enak dipadang dan bernilai ekonomis.
Ketua Gdeng Kreatif, Andre Kurniawan mengaku dirinya terjun di dunia yang sedang digelutinya itu lantaran ingin memberdayakan remaja setempat. Menurutnya, tak sedikit dari mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan sebuah karya seni dan bernilai ekonomis.
"Saya melihat pemuda di sini banyak memiliki kemampuan seni dan bisa membuat berbagai macam hiasan rumah berbahan kayu," katanya, saat ditemui JEJAK LOMBOK.
Apa yang dilontarkannya bukan sekedar pepesan kosong. Di masing-masing rumah para pemuda yang tergabung dalam kelompok Gdeng Kreatif banyak hiasan berbahan kayu.
Sadar dengan potensi para pemuda tersebut, Andre lantas membuat kelompok untuk mewadahi mereka. Karena itu, di awal Juni lalu, ia tak perlu berpikir panjang dan segera membentuk wadah bagi para pemuda tersebut.
Kemampuan seni serta kekuatan imajinasi disebutnya sebagai salah satu modal dasar. Namun kemampuan itu selama ini tak pernah disalurkan lantaran tak ada wadah. Melihat itu ia memberanikan diri mengajak remaja tersebut untuk berkrativitas guna menyalurkan bakat tersebut.
Peria yang telah menyabet juara satu Pemuda Pelopor NTB ini mengatakan, bakat seni yang dimiliki remaja itu hanya perlu diasah. Terlebih pada zaman saat ini, Lombok Timur salah satu daerah yang tercatat memiliki bonus demografi, artinya hal ini hendak berdampak pada angkatan kerja.
Atas dasar itu, ujarnya, penting ada wadah yang dapat menampung sekaligus menjadi ruang mengasah ilmu. Di lain sisi, berbagai macam panduan gampang diakses untuk melihat langsung contoh pembuatan berbagai jenis hiasan untuk rumah.
"Ketimbang mereka ke luar negeri mencari uang, lebih baik di sini menyalurkan bakat mereka," ujar pria yang akrab disapa Andre itu.
Kendati demikian, ia tidak memungkiri banyak orang yang memandang limbah kayu tersebut tak memiliki nilai artistik, apalagi ekonomis.
Untuk bahan dasar aksesoris rumah yang diciptakannya, biasanya menggunakan kayu bekas sisa somil yang tak dapat dipakai. Limbah tersebut dibeli dari pemilik dengan harga murah.
Dari limbah kayu itu sekelompok remaja ini dapat membuat rak buku, bingkai foto, mainan dinding, lampu hias, rak sepatu dan lain sebagainya.
Dia menyebutkan, setiap hasil karya itu yang diciptakannya dibandrol dengan harga bervariasi. Untuk per unit kadang bisa dihargakan Rp 40 ribu hingga Rp 300 ribu. Harga yang diberlakukan tergantung dari tingkat kerumitannya.
Diakuinya, meski baru seumur jagung karya itu dibeli oleh desa-desa tetangga, pemilik bungalow dan homestay. Bahkan belum lama ini pihaknya mengirim aksesoris ciptaannya tersebut ke Pulau Sumbawa.
Adanya permintaan dari luar, bebernya, lantaran pihaknya memasarkan barangnya dengan memanfaatkan jejaring media sosial. Seperti What'sup grup, Facebook dan Instagram. Selain melalui medsos, ia juga kerjasama dengan salah satu pemilik homestay di Desa Tete Batu.
Karya 11 remaja itu diapresiasi oleh kelompok pemuda kreatif NTB. Ia mengatakan, aktivitas itu mulai dari pukul 08.00 pagi sampai dengan 17.00 sore hari ini. Setiap satu buah karya seni dibuat oleh dua orang, kecuali ada pesanan baru nanti dibuat bersama.
"Anggota saya 11 orang, dan hasil karyanya sangat diapresiasi oleh pemesan dan kelompok organiasi lainnya," ujanya.
Salah seorang anggota Gdeng Kreatif, Haris menmbhakan, aktivitasnya bersama teman remaja tersebut sangat berguna. Sebab, banyak ilmu yang ia peroleh dari kelompok tersebut.
Ia menceritakan, kegiatan Gdeng Kreatif tak hanya di situ. Kedepan untuk menampung lebih banyak remaja hendak bergerak di bidang kuliner berupa jajanan tradisional. Target pangsa pasarnya adalah beberapa institusi pendidikan di desa tersebut.
"Kita juga selain ini tetap belajar hal lainnya seperti kalau malam hari ada latihan tari bagi yang wanita," ucapnya. (cr-sy)