BUDIDAYA: Inilah budidaya madu trigona yang dilakoni Suadi di Desa Karang Bayan.
GERUNG—Potensi alam Kecamatan Lingsar Lombok Barat seakan tak habis-habisnya. Begitu juga masyarakatnya seakan tak berhenti berkarya dan berkreasi mengolah hasil alam yang mereka miliki.
Di Desa Karang Bayan misalnya. Desa ini berupaya memunculkan keunggulan potensi alam dan kreativitas masyarakatnya. Saat ini mereka sedang gencar-gencarnya membudidayakan madu tiigona.
Seperti kisah salah seorang warga Karang Bayan bernama Suadi. Sosok ini menggeluti hobinya "berteman" lebah sejak 2010 lalu.
Ia mencoba budidaya lebah di kampungnya dengan tujuan menghasilkan madu untuk kesehatan. Belum terpikir saat itu untuk menjadikan hasil budidayanya sebagai penambah pendapatan perekonomian keluarganya.
Lama kelamaan ketertarikannya kepada madu lebah semakin mendalam. Ia tidak membudidaya lebah untuk tujuan kesehatan, tapi lebih dari itu untuk ekonomi.
Lantaran itu, ia tidak lagi hanya menjual madu biasa yang sudah banyak dijual di pasaran, tapi ia ingin madu lain. Madu lain yang dimaksud adalah madu trigona. Madu ini harganya lebih mahal dan masih jarang pembudidayanya.
Suaidi kemudian mengumpulkan teman-temannya yang “sepaham”. Dua orang temannya ia hubungi yaitu Pak Mandra dan Pak Rodianto. Ketiganya kemudian berkumpul dan berinisiatif membuat kelompok budidaya madu trigona.
“Budidaya sudah berjalan 4 bulan baru ada yang melirik budidaya madu trigona kami. Pembelinya kebetulan orang Cina,” kenang Suaidi saat ditemui JEJAK LOMBOk, Jum'at (4/12).
Dituturkannya, lebah yang dibudidayakannya ini bisa menghasilkan madu yang sama bagusnya dengan madu Dorsata. Hanya saja rasa madunya yang agak asem.
Setahun kemudian ia coba memasukkan proposal ke Dinas Kehutanan NTB. Dari proposal itu, ia diberikan bantuan 40 alat sektup. Alat inipun dibagikan ke kelompok budidaya.
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya kemampuan anggota kelompok dalam mengembangkan lebah madu ini, akhirnya para anggota kelompok bersepakat berdiri sendiri. Mereka mengembangkan usaha sendiri dan berkelompok tapi punya lebah masing-masing.
Suaidi sendiri mendirikan kelompok bersama Pak Rodianto. Tempat budidaya yang mereka buat itu kemudian dijadikan sebagai tempat pelatihan.
Lembaga pelatihan yang mereka bentuk itu diberi nama Lembaga Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S).
“Kami membina kelompok-kelompok, baik di Gunungsari, di Batu Mekar bahkan saya pernah mengajar sampai ke Sumbawa untuk sosialisasi tentang bagaimana membudidayakan lebah madu trigona ini,” ujar Suaidi bangga.
Dijelaskannya, kelebihan lebah yang dibudidayakannya ini dibandingkan lebah-lebah lain adalah tidak ada istilah telat panen. Walaupun panen 6 bulan sekali, setahun sekali tidak ada masalah. Kelebihan yang kedua bisa membentuk ratu baru.
“Itu yang tidak bisa dilakukan oleh lebah-lebah lain,” ujarnya.
Khasiat madu trigona ini sendiri cukup banyak. Berbagai penyakit bisa disembuhkan dengan mengkonsumsinya. Sejumlah tetangga kena penyakit bisa ia bantu obati dengan memberikan madu trigona.
“Kemarin ada tetangga saya yang sakit maag saya kasih polen satu kg seharga Rp 150 ribu, alhamdulillah sekarang dia sembuh,” tutur Suaidi.
Suaidi dulu pernah melakukan eksperimen pada dirinya sendiri. Sekiar tahun 2014 lalu, ia melakukan percobaan tidak makan nasi 3 hari 3 malam.
Ia hanya makan bipolen lebah. Badannya tetap fit. Bahkan tahun ini ia pernah coba lagi tidak makan nasi 5 hari 5 malam, dan badannya tetap fit hanya dengan mengkonsumsi salah bipolennya saja.
“Bipolen ini sama khasiatnya seperti madu cuma dalam bentuk berbeda. Di tempat saya ada jus polen. Inilah yang saya jual supaya dapat uang,” ujarnya.
Saat pertama mencoba menjual jus polen ini, ia bereksperimen mencampurnya dengan estra joss. Tapi sayang rasanya tidak ketemu malah tambah tidak enak.
Terakhir, ia membuat 20 buah minuman, dan ia suruh orang mencicipi itu. Selama satu tahun ia coba variasikan campurannya. Akhirnya selama satu tahun baru ketemu bagaimana cara meracik polem ini biar enak dan khasiat yang sama seperti madu.
“Di sini juga saya bisa membuat jus dari propolis. Propolis itu pembungkus madunya. Ini 2 tahun saya bereskperimen. Jus propolis ini sangat baik untuk menjaga stamina,” jelasnya.
Suaidi terinspirasi dari surat An-Nahl di dalam Alquran. Di dalam surat itu Allah mengatakan, di dalam perut lebah itu keluar cairan madu bermacam-macam warnanya yang menyembuhkan bagi manusia. Dari sini ia semakin yakin madu bisa menyembuhkan semua macam penyakit.
Dalam kegiatan budidaya, Suaidi mengakui tidak berani memberikan makan pada lebah madu trigona. Ini dikarenakan tiga hal yaitu biaya pakan yang besar, banyak waktu terbuang dan kualitas madu akan berkurang. Akhirnya lebah dibiarkan mencari makan secara alami.
Untuk panennya dalam satu stup jumlahnya bervariasi tergantung volume lebah itu sendiri. Kalau volumenya kecil bisa sampai 100 cc tapi kalau volumenya besar bisa sampai 600cc. Panennya bisa antara 6-8 bulan sekali.
“Dulu saya penah mendapatkan 800cc, atau setara 8 botol kratindaeng. Saya hargakan 1 botol itu Rp 50 ribu. Kalau ukuran botol sirup ABC yang isinya 600cc itu saya hargakan Rp 200ribu,” jelasnya.
Suaidi menjelaskan, konsumen madu trigona ini jarang dari Lombok. Kebanyakan dari luar daerah seperti Surabaya dan Jakarta. Mereka biasanya datang ke Karang Bayan langsung untuk membelinya.
Ia berharap jus polem buatannya akan menjadi jus khas Lombok yang tenar se-Indonesia. Untuk ia berharap pemerintah memberikan bantuan pengelolaan, pelabelan, pengurusan ijin, hingga label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). (and)