MITOS: Salah satu mitos yang berkembang terhadap tanah makam Dende Begang yakni diyakini bisa mengusir hama tikus.
SELONG--Alkisah di masa lalu, hidup lah seorang putri di salah satu kerajaan di Lombok. Putri ini ketika hamil punya keinginan aneh.
Berbeda dengan perempuan kebanyakan, saat hamil sang putri selalu ingin melihat tikus (begang, Sasak). Keinginannya ini jelas saja membuat heran seisi istana kala itu.
Lantaran sebagai orang penting di istana, oleh para abdi berupaya segala cara bisa memenuhi keinginan tersebut. Maka berlomba-lomba lah para abdi membuat perangkap dan jebakan tikus.
Bagi mereka yang telah mendapatkan binatang bernama latin Muridae ini, segera saja ke istana. Binatang jenis hama tanaman ini dibawa ke hadapan sang putri untuk disaksikan.
Kisah tentang putri berkeinginan aneh itu rupanya hingga kini masih terawat dalam tradisi cerita bertutur (folklore). Cerita ini bisa ditemukan di Dusun Dewa Some, Desa Sakra Kecamatan Sakra Lombok Timur.
Entah kebenarannya sahih atau atau tidak. Yang jelas riwayat tentang putri ini masih bisa didengar dari mulut ke mulut di dusun setempat.
Seperti dongeng pada umumnya, kebanyakan tradisi folklore berupa cerita pengantar tidur. Demikian juga dengan cerita yang ada di Dusun Dewa Some ini, riwayat detail mengenai sang putri diragukan keontentikannya.
Kejelasan ini bisa dilihat lantaran tidak adanya identitas nama dan silsilah putri tersebut. Warga setempat tidak saja mengetahui nama sang putri, tapi juga buta dengan silsilahnya.
Pun begitu, sepeninggal putri tersebut, konon jasadnya dimakamkan di atas bukit di dusun tersebut. Makam sang putri belakangan kerap dikunjungi terutama oleh para petani.
Kepada JEJAK LOMBOK, warga setempat bernama Amaq Suwandi banyak bercerita tentang makam tersebut. Tidak sedikit warga yang datang menziarahi makam itu lalu diambil tanahnya.
"Orang luar banyak yang datang untuk mengambil tanah dari kuburan ini," kata Amaq Suwandi, Kamis (10/12).
Bagi peziarah, tanah makam itu cukup keramat. Tidak sedikit yang percaya jika tanah dimakan itu bisa mengusir hama tikus untuk tanaman mereka di sawah dan ladang.
Begitulah mitos yang berkembang selama ini tentang makam yang berada di bukit Dusun Dewa Some itu.
Kala hendak mengunjungi makam tersebut, terangnya, para oeziarah biasanya membawa sesajian. Mereka membawa bubur merah dan putih serta empok-empok (buah padi yang digoreng).
Akibat sering dikunjungi, warga setempat tak jarang menemukan tanah makam itu berlubang. Mau tak mau, demi menjaga makam itu, warga setempat kemudian menambah tanahnya agar tidak rata dengan tanah.
"Berapa kali kira harus tambahkan tanahnya karena terus dibawa oleh orang dan kubur itu berlubang," sebutnya.
Amaq Suwandi mengaku tak tahu pasti umur dari kuburan tersebut. Bahkan tokoh-tokoh di dusun itu juga belum tahu secara pasti riwayat keburuan itu.
"Yang pasti banyak orang datang, jika lagi diserang hama tikus baik di rumah maupun di sawah yang merusak tanaman," tandasnya. (sy)