(Elaborasi Simbol Kualitas Berkelas Dalam Pandangan Nalar Sasak dan Siklus Pencapaiannya Menurut The Ten Commandment For Continuous Improvement Dalam Teori Kaizen)
Oleh: Dr. Jamaluddin, M.Pd |
Selain Reket Bireng, orang Sasak juga menyebutnya Reket Bideng. Dalam Bahasa Indonesia Reket Bireng sama dengan beras Ketan Hitam. Sebagai bahan pangan, beras ketan ini tidak sembarangan. Cita rasanya khas dan berkelas. Teksturnya pulen, lembut, dan merekah mewah. Aromanya menggoda, bahkan mengundang gelora selera. Di meja hidang, ia akan menjadi panganan yang seksi. Sifat dan karakter beras Ketan Hitam benar-benar terangkum dalam adagium. “Hitam-hitam buah manggis, biar hitam tapi manis.”
Sifat dan karakter khasnya, membangun nalar Sasak untuk memformulasi Reket Bireng sebagai branding sebuah kualifikasi atau standar mutu. Boleh pula kalau bahan pangan ini diposisikan sebagai benchmark untuk menguji bukti kualitas sebuah realitas capaian. Maka dengan demikian, Reket Bireng dalam nalar Sasak adalah sebuah norma atau ukuran dalam menakar kualifikasi atau kualitas capaian dan pengabdian manusia, baik sebagai individu, makhlik social, waga Negara, dan lebih lagi sebagai Abdullah.
Dalam kesehariannya, orang Sasak kerap kali menyanding atau membandingkan Reket Bireng dengan “Tain Begang.” Dipastikan bahwa fakta ini mentradisi karena bentuk dan rupa kedua objek nyaris sama. Bedanya hanyalah pada jenisnya. Reket Bireng adalah bahan pangan berkualitas dan Tain Begang atau tai tikus adalah kotoran binatang yang cukup menjijikkan. Dengan gaya bahasa asosiasi, Reket Bireng disetarakan dengan capaian atau kualitas berkelas atas. Sementara Tain Begang, diposisikan sebagai mutu buruk dari sebuah produk. Kedua objek ini cukup akrab dalam bangunan nalar Sasak untuk menggambarkan fakta bahwa “Dakakna sekat tekelainang, mule lain Reket Bireng kance Tain Begang” (Walau sulit dibedakan, yang berkualitas memang beda dengan capaian kw-kw-an).
Nalar Sasak di atas ternyata senada dengan firman Alloh dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an. Ayat-ayat tersebut di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, dalam QS Azzumar Ayat 9 Alloh Ta’ala menegaskan:”Katakanlah wahai Muhammad. Apakah sama orang yang mengetahui dengan yang tidak? Sesungguhnya orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran.” Kedua, dalam QS ar-Ra’du Ayat 16 Alloh menyatakan: “Katakanlah wahai Muhammad, apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat atau samakah antara yang gelap dengan yang gemerlap?” Ketiga, dalam QS al-Mulk Ayat 22 Alloh Ta’ala mempertanyakan: “Apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya lebih banyak mendapat petunjuk daripada orang yang berjalan tegap di atas jalan yang benar lagi lurus?” Keempat, dalam QS Al-Ankabut Ayat 43 Alloh SWT menegaskan bahwa: “Dan Kami menciptakan perumpamaan-perumpamaan untuk kalian semua, namun demikian tiada seorang pun di antara kalian yang dapat memahaminya, kecuali mereka yang berilmu pengetahuan.”
Bila dielaborasi, maka Reket Bireng yang gayut pada ayat-ayat di atas ternyata nyaris dapat dinyatakan sebagai branding TAQWA dalam nalar Sasak. Reason-nya adalah hanya dengan kualifikasi pengebadian berkelas seseorang dapat mencapai taqwa. Sementara itu, pengabdian berkelas membutuhkan kekayaan ilmu pengetahuan. Alloh SWT dalam QS Fatir Ayat 28 menjelaskan bahwa “Seseorang yang dapat mencapai derajat taqwa kepada Alloh Ta’ala adalah di antara mereka yang termasuk ulama’ atau orang-orang yang berilmu pengetahuan.”
Di era kini, taqwa masih menjadi target capaian setiap orang bahkan setiap suku bangsa di dunia. Mungkin pula di era mendatang Reket Bireng sebagai simbolisasi taqwa dalam nalar Sasak akan menjadi target yang tidak tergantikan. Satu-satunya yang dapat dipastikan sebagai argumentasi tak tergantinya taqwa atau Reket Bireng dalam nalar Sasak sebagai target capaian adalah fadilah atau keutamaannya. Reket Bireng sebagai symbol taqwa memiliki keutamaan berupa ketaatan dan kesungguhan pengabdian. Dengan demikian maka ia merupakan penjaminan hadirnya kemuliaan di seluruh sisi dan sudut alam semesta. Inilah kiranya kemudian menjadi salah satu asbabu nuzul penegasan Alloh Taala dalam firmannya pada QS al-Hujaat Ayat 13 yang artinya “semulia-muliamu di sisi-Ku adalah di antara kalian yang paling bertaqwa.
Dari sisi humanity atau kemanusiaan manusia yang terbatas, kegalauan terhadap hebatnya rintangan mencapai derajat ketaqwaan atau kualitas Reket Bireng tak dapat dielak. Pemicu kegalauan itu adalah kenyataan bahwa pencapaian derajat taqwa membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Sementara itu, tidak setiap orang mampu berjuang sekaligus berkorban menyikapi keterbatasannya dalam ikhtiyar meraih derajat taqwa. Kegalauan pun semakin mengurita setelah fakta menunjukkan merebaknya praktek-praktek dan fakta sebagai refleksi lemahnya kualitas ketaqwaan dalam seluruh sendi kehidupan belum dapat dikendalikan
Dalam sektor pendidikan, konsep integrative dan inter connective unruk menjembatani dikotomi pendidikan umum dan agama masih sangat lemah. Dibidang ekonomi, upaya menuju bangunan perekonomian berketuhanan dan berperadaban yang humanity perlu mendapat perhatian serius. Kinerja diranah ideology dan politik yang wasathiya dan bernuansa tasamuh pun masih harus dipacu. Demikian pula pertahanan dan keamanan yang berbasis moral maupun pensejahteraan niscaya diformat ulang agar lebih efektif. Kondisi-kondisi yang kurang menggembirakan ini tentu saja akan berdampak pada memburuknya kualitas diri, institusi, organisasi dan Negara. Oleh sebab itu, kondisi tersebut kiranya perlu segera mendapat penanganan secara professional dan proporsional.
Dalam kajian terhadap teori Kaizen, Enna menemukan The Ten Commandment For Continuous Improvement sebagai cara dan strategi berestorasi untuk mencapai kualitas dirri, institusi, organisasi dan Negara yang berkelas. Sepuluh cara dan strategi dimaksud adalaj: 1). Problem create opportunities, 2). Ask way five times, 3). Seek idies from everyone, 4). Think of solutions that make possible, 5). Re-evaluate fixed ideas. 6). Excuses are not needed, 7). Choose a simple solution, not the perfect one, 8). Correct mistakes immediately, 9). Use your craftiness, not your cash, and 10). Continuous improvement is endless.
Problem create opportunities atau menciptakan peluang adalah sebuah sikap kreatif dan optimis. Sikap ini mengikuti falsafah air. Kata orang bijak, jika dibendung air akan meluap dan manakala ia dibuang, maka ia akan meresap. Artinya, jalan meraih kualitas sekelas Reket Bireng bukan satu atau dua, justeru tersedia banyak, sebanyak rintangan maupun halangan. Bukankah Alloh dalam ayat-ayat al-Insiroh menjanjikan akan datang kemudahan setelah kesulitan yang kita hadapi dengan penuh kesabaran?
Ask way five times yang searti dengan banyak membedah ilmu peeengetahuan dan menghimpun informasi, merupakan strategi adaftasi diri sehingga individu atau institusi memiliki refrensi yang lengkap dalam mengelola diri dengan landasan akademik yang dapat dipertanggungjawabkan, khususnya dalam merumuskan dan melaksanakan rencana untuk pengembangan dan atau pemecahan masalah diri maupun kelembagaan.
Seek idies from everyone atau pemberdayaan ummat adalah hal yang tidak kalah pentingnya. Cara ini memperkuat rasa memiliki tiap-tiap warga atau anggota sebuah organisasi. Selain itu, melalui cara ini, sharring idea akan semakin kaya dan bermakna sehingga menghadirkan alternative-altenatif yang lebih efektif.
Think of solutions that make possible atau ide pengentasan maslah yng memiliki peluang harus dapat ditemukan. Research atau penelitian adalah salah satu cara yang memungkinkan untuk mengkonstruk Think of solutions that make possible.
Re-evaluate fixed ideas atau membudayakan cross check terhadap setiap informasi, gagasan, atau keputusan yang telah diakses atau ditetapkan adalah salah satu langkah membuka ruang kritik dan perbaikan. Cara ini akan menghasilkan sesuatu yang lebih hebat, baik dalam rencana, proses, dan hasil yang akan diperoleh.
Excuses are not needed atau alasan tidak dibutuhkan dalam menunda sebuah upaya perbaikan atau restorasi. Penundaan usaha perbaikan sama artinya dengan menumpuk beban dan memperkecil daya untuk mengentasnya. Oleh karena itu mesin kerja diri dan organisasi harus mobile setiap waktu untuk mencicil penyelesaian persoalan yang ada..
Choose a simple solution, not the perfect one adalah hal yang efisien untuk mencapai sebuah kemajuan yang berkualitas. Cara yang sederhana tidak berarti seadanya atau tidak serius. Sedehana dalam konteks ini adalah cara yang sesuai dan relevan dengan type masalah, termasuk terjangkau oleh kapasitas yang dimiliki. Maka cara sederhana yang dimaksud dalam hal ini adalah cara yang efisien dan efektif.
Correct mistakes immediately adalah niscaya. Jika setiap kesalahan tidak dikoreksi maka sebab-sebab kegagalan meraih kualitas berkelas akan tetap menjegal setiap langkah maju diri individu atau organisasi. Sementara itu Use your craftiness, not your cash, merupakan hal yang sangat penting. Taktik, politik dan strategi jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan menggunakan upah, apalagi sogok-menyogok, dalam perbaikan sebuah kondisi. Dengan taktik, politik dan strategi, cenderung akan memungkinkan terjadinya transaksi yang komprehemsif. Dengan model transaksi ini maka dipastikan hadir kesepahaman yang kuat, bemakna, dan saling menguntungkan. Inilah proses perubahan yang pada akhirnya membidani hasil yang seuai bahkan akan melampui benchmark. Berikutnya Continuous improvement is endless atau sikap istiqomah dalam meraih capaian yang berkualitas dan berkelas adalah wajib adanya.
Sepuluh strategi menuju kualitas berkelas sekelas Reket Bireng sebagai simbolisasi taqwa dalam nalar Sasak menurut hasil telaah Enna terhadap teori besar Kaizen sesungguhnya merupakan siklus elegan. Setidaknya siklus tersebut meliputi tahap (1). Adaftasi internal dan eksternal, (2). Perencanaan dan perumusan goal, (3). Pelaksanaan pencapaian tujuan dengan konsep pemberdayaan, (4). Evaluasi dan perbaikan rencana maupun goal, (5). Follow-up secara berkelanjtan. Demikian elaborasi Reket Bireng sebagai simbolisasi kualitas berkelas dalam nalar Sasak dan cara mencapaianya. Moga bermanfaat. Wallohu’alamu.
*Pemerhati budaya Sasak, dosen IAIH NW Pancor, dan tenaga pendidik di SMAN 2 Selong.