HAUL: Elemen Millenial Bintang 9 memperingati haul Gus Dur di Aula NU NTB. |
MATARAM--Sebelas tahun sudah Gus Dur dalam kenangan. Ia wafat dan meninggalkan jejak-jejak pikiran yang pantas diteladani.
Begitulah Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), H Ahmad Muhaimin Iskandar mengenang sosok Gus Dur sebagai guru bangsa. Pikiran-pikirannya tak hanya nyeleneh, tapi dianggap melampaui zamannya.
Lontaran ini disampaikan dalam momentum Haul Gus Dur yang diselenggarakan Millenial Bintang 9 NTB, Rabu malam (30/12). Kegiatan ini dilaksanakan di Aula NU NTB.
Semasa menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Muhaimin yang kala itu menjadi aktivis mahasiswa ingat betul bagaimana kepeloporan Gus Dur. Guru bangsa itu membangun Forum Demokrasi bersama sejumlah elemen anak bangsa.
"Forum Demokrasi ini tidak saja dari entitas NU, tapi banyak lagi di luar itu. Forum ini menyuarakan bagaimana sejatinya sebuah kehidupan di alam demokrasi," ucapnya.
Demokrasi waktu itu, terangnya, masih awam di telinga khalayak Indonesia. Sangat sedikit elemen bangsa yang berani menyuarakan. Mengingat kala itu Indonesia di bawah kekangan otoritarianisme Orde Baru Soeharto.
Dalam perjalanannya, Forum Demokrasi yang digawangi Gus Dur ini rupanya mampu menginjeksi keberanian terhadap pers, tokoh agama dan elemen yang lain.
Pers misalnya, secara terbuka menyuarakan pentingnya hidup dalam negara demokrasi, bukan otoritarianisme. Pers secara terang-terangan memuat ragam pikiran tentang demokrasi yang berujung kemarahan pemerintah yang berkuasa.
"Ada tiga media massa yang dibredel akibat menyuarakan demokrasi kala itu. Yakni Tempo, Editor dan Detik," ungkapnya.
Pikiran Gus Dur tentang demokrasi kala itu, bebernya, merupakan pikiran maju dan berani. Saat sebagian besar anak bangsa dibelenggu ketakutan, Gus Dur justru tampil sebagai peletak pondasi berdemokrasi yang belakangan memantik lahirnya Reformasi 98.
Bagi Gus Ami, momentum Haul Gus Dur bukan semata soal seremoni sebagai sesama warga Nahdliyyin (NU). Lebih dari itu, haul Gus Dur merupakan medan meneladani nilai, semangat, ajaran serta keteladanan yang telah dicetuskan sosok itu.
Karena itu, anak Gus Ami berpesan, sesama anak bangsa masih ada pekerjaan rumah yang belum tergapai dari cita-cita dan pikiran Gus Dur. Cita-cita itu adalah semangat demokrasi yang dihembuskan dalam Forum Demokrasi tersebut.
"Beberapa semangat demokrasi yang saat terasa adalah hidup di alam kebebasan. Tapi yang menjadi PR paling besar adalah soal kesejahteraan ekonomi rakyat," ucapnya.
Ke depan, Millenial Bintang 9 NTB sebagai penyelenggara haul setidaknya bisa bergerak ke arah itu. Para millenial diharap mampu memberikan jawaban atas semua masalah bangsa.
Sementara itu, Founder Millenial Bintang 9, Akhdiansyah mengatakan, haul Gus Dur harus dimaknai dengan beragam perspektif. Salah satunya adalah memperkaya ruang kreativitas anak muda NU.
"Salah satu wadah ruang kreativitas itu adalah Millenial Bintang 9 ini," ucapnya.
Di wadah non struktural ini, bebernya, semua elemen yang tergabung bebas mengaktualisasikan diri dengan cara paling kreatif yang mereka miliki.
Aktualisasi yang dimaksud masih dengan catatan, kreasi yang dimunculkan bernilai positif dan bermanfaat untuk orang banyak.
Apa yang dilontarkan pria yang akrab disebut Guru To'i ini tidak lepas dari rangkaian kegiatan haul tersebut. Sebelum puncak haul dilaksanakan, Millenial Bintang 9 NTB menggelar sejumlah lomba.
"Lomba tersebut terkait dengan keteladanan yang diwariskan Gus Dur," ucapnya.
Dari lomba ini, ada sejumlah pemenang yang telah ditetapkan pihak pelaksana. Hadiah dari lomba-lomba yang digelar juga dibagikan di momentum peringatan haul Gus Dur tersebut. (jl)