BELUM DIANGKUT: Sampah terlihat menumpuk dan tak kunjung diangkut.
GERUNG–Warga Desa Labuan Tereng, Kecamatan Lembar Lombok Barat mengeluhkan durasi pengangkutan sampah yang lama.
”Rata-rata sampah di kontainer diangkut dua minggu sekali,” kata Kades Labuan Tereng, Humaidi Udia, saat ditemui JEJAK LOMBOK, Rabu (30/12).
Pihaknya dan warga sangat mengapresiasi bantuan kontainer sampah dari Pelindo. Namun sayangnya pengangkutan yang tidak rutin membuat sampah tertumpuk di pinggir jalan.
”Program CHSE dari Dispar kami lihat getol, namun dari sisi DLHK belum siap dan sinkron dengan realitas yang ada di tengah masyarakat,” tuturnya.
Menurut dia, ketika masyarakat mulai sadar akan kebersihan lingkungan harus diimbangi dengan pengangkutan yang rutin. Namun kondisi ini dianggap tidak seperti yang diharapkan.
Padahal potensi di kawasan ini dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata kuliner. Apalagi kawasan jalur ini berada di dekat Pelabuhan Gili Mas yang menjadi ikon pariwisata.
Jalur ini juga disebutnya merupakan jalur lalu lintas provinsi yang akan menghubungkan Gili Mas dengan KEK Mandalika. Namun bila ada kendala sampah, jelas akan sangat mengganggu pengembangan wisata kuliner tersebut.
”Ini seharusnya bisa menjadi perhatian pemerintah daerah,” tambahnya.
Terpisah, Anggota Komisi III DPRD Lobar Ahyar Rosyidi mengatakan, program pendukung zero waste tingkat kabupaten masih setengah hati. Pemkab dinilai tidak terlalu serius menyikapi program ini di lapangan.
Sampah ini banyak ditemukan di ruas jalan-jalan utama. Tumpukan sampah ini sangat tidak elok dilihat menuju jalur Gili Mas. Apalagi Gili Mas ini merupakan miniatur pelabuhan yang bisa orang-orang datang, baik itu dalam skala nasional dan mancanegara.
”Ini seharusnya menjadi catatan perhatian yang serius kedepannya,” imbuhnya.
Pada tahun 2021, pemerintah harus berpikir lebih serius menyelesaikan permasalahan tersebut. Apalagi untuk daerah-daerah yang berpotensi dan strategis untuk dilihat banyak orang.
”Solusinya pemerintah melalui DLHK agar menambah armada untuk mengangkut. Selama ini sudah bagus, tetapi ternyata masih kurang,” tuturnya.
Dengan penambahan armada ini akan lebih cepat dalam penanganan pengangkutan sampah yang menumpuk di tempat-tempat strategis Lobar. Tumpukan sampah ini memang menjadi problem di bawah sekitar masyarakat, terutama dalam hal pembuangan sampah.
”Idealnya sampah diangkut setiap hari,” akunya.
Memang menjadi kunci, bila ada setiap desa memiliki pos pembuangan mandiri. Namun harus diperhatikan juga, tidak semua desa memiliki lahan yang bisa dijadikan tempat pembuangan sampah.
”Program Kadis DLHK soal ini sudah saya dengar terkait pengadaan tempat pembuangan sampah TPS 3R setiap desa. Harus dipertimbangkan tidak semua desa memiliki lahan untuk pengadaan TPS 3R itu,” tutup dia. (and)