DISKUSI: PKC PMII Bali-Nusa saat menggelar diskusi terkait potensi konflik SARA jelang Nataru.
MATARAM--Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) Pengurus Koordinator Cabang PMII Bali-Nusra mengingatkan kemungkinan rentannya terjadi konflik berbau Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA).
Kekhawatiran ini mengemuka dalam diskusi publik mengusung tema Kewaspadaan dan Antisipasi Kerawanan Konflik Bernuansa SARA Jelang Perayaan Natal dan Tahun Baru 2020 di NTB. Diskusi dilaksanakan di D'lima Cafe Mataram, Selasa (22/12).
Hadir dalam agenda tersebut sebagai narasumber, Wakil Dir Binmas Polda NTB, Zamroni, Ketua Lakpesdam PW NU NTB, Muhammad Jayadi, dan PLT Kesbangpol NTB, Subhan Hasan.
Ketua PKC PMII Bali Nusra, Aziz Muslim dalam sambutannya mengatakan, belakangan isu SARA semakin berhembus kencang. Hal ini harus diantisipasi, terlebih saat masuk tahun baru.
"Harus diantisipasi bersama, lebih-lebih sebentar lagi natal tahun 2020 dan tahun baru," terangnya.
Momentum ini, lanjut pria yang akrab dipanggil Bagong ini, sering digunakan oknum yang ingin mengambil keuntungan. Hal ini akan menjadi konflik.
Terlebih isu SARA yang saat ini seperti ada yang mendesain. Buktinya bangunan opini yang saat ini menghujani masyarakat sangat tersistem dengan baik.
Lantaran itu, dirinya mengajak agar khususnya mahasiswa dan pemuda terlibat. Harus bisa membangun hal serupa untuk memotong isu tersebut sebagai kontra narasi.
Dirinya tak ingin ada konflik bernuansa SARA. Lantaran Indonesia sudah final soal perbedaan.
"Kita mesti antisipasi bersama dengan cara berdamai dan menjunjung tinggi perbedaan. Kita harus saling menghargai," tegas Bagong.
Wakil Dir Binmas Polda NTB, Zamroni, mengajak semua elemen agar terus bersinergi. Munurutnya, setiap orang harus optimis khususnya bagi pemuda, pemerintah dan masyarakat guna mengantisipasi konflik yang kapan pun bisa terjadi.
Berbicara soal mengantisipasi konflik atau isu SARA, bebernya, yang harus dilakukan ialah refleksi perjuangan bangsa dan sumpah pemuda. Mengingat bagaimana para pendahulu menyatukan visi dalam membangun bangsa dan negara ini.
Negara ini, sebutnya, dibangun dengan susah payah. Lantaran itu sudah menjadi tugas bersama dalam menjaga dan merawat keharmonisannya.
"Kita harus bersyukur bagimana para pejuang bangsa kita telah merekat bangsa ini. Maka tugas kita sebagai pemuda harus memiliki 4 prinsip. Yakni, Islam dan negara, Islam dan budaya, Islam dan Kebhinekaan, Islam dan toleransi," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Lakpesdam PW NU NTB, Muhammad Jayadi mengingatkan pentingnya memperbanyak ruang dialog yang lebih manusiawi dan humanis.
Mantan aktivis PMII itu berharap, kader organisasi berlambang prisai bintang sembilan dapat terfasilitasi. Mahasiswa dan pemuda hendaknya mengetahui titik-titik daerah yang dapat dijadikan ruang dialog yang setara dan bermartabat dan berkeadilan.
Pria yang akrab dipanggil Jayadi ini, juga mengingatkan agar memperbanyak kegiatan kebudayaan. Tujuannya guna mempenetrasi hoaks. Lantaran itu disebutnya, sangat berbahaya dalam memicu terjadinya konflik.
"Jika ini dibiarkan sangat bahaya dan bisa memicu konflik," ujarnya.
Plt Kesbangpol NTB, Subhan Hasan menyampaikan soal radikalisme selalu akan berbicara nasionalisme. Lantaran itu, ia yakin organisasi maupun OKP lainnya final prihal Pancasila.
Di setiap momentum, sebutnya, selalu rawan akan susupan radikaslime. Sebab negara besar diakui sebagai target yang empuk dan strategis.
"Faham-faham radikalisme ini bukan hanya datang dari luar, tapi juga sudah ada dari dalam," ungkapnya.
Di NTB pun tak luput dari hal itu. Ada beberapa daerah yang paling rawan konflik. Seperti di wilayah Kota Bima, Dompu, dan Lombok timur.
Bahkan wilayah-wilayah itu sebutnya, menjadi pilot project BNPT. Di lain sisi, bumi seribu masjid, tak hanya rawan radikalisme namun juga sejalan dengan narkoba.
Karena itu, ucapnya, peranan OKP sangat penting menjadi garda terdepan mengantisipasi dan membantu pemerintah.
Munurutnya, ada kabar baik prihal menjaga keamanan menjelang Nataru. Kabar itu yakni dengan cara menelusuri setiap elemen bersama-sama menjaga kondusivitasnya.
"Kabar baik tentang menjaga keamanan pada malam natal dan tahun baru, dengan cara menelusuri elemen setiap agama juga sudah bersiap untuk sama-sama mengamankan perayaan tahun baru dan natal 2020," tandas Subhan. (jl)