Berharap Jadi Inspirasi Teman Sebaya
MERAJUT: Ria Indriani sedang merajut benang yang akan dibuat menjadi sebuah produk kerajinan tangan. |
"Pandemi rupanya menjadi berkah bagi Ria. Dengan pembatasan aktivitas belajar di sekolah, ia bisa menghasilkan uang jajan sendiri."
---------
SAEPUL HAKKUL YAKIN -- SELONG
Hujan baru saja reda. Sore yang mendung di akhir pekan itu sebenarnya cocok untuk melepaskan diri dari semua rutinitas.
Tapi tidak bagi dara manis bernama Ria Indriani. Di rumahnya yang sederhana, nampak tangan mungilnya terlihat telaten menyulam benang. Sulamannya itu dibuat menjadi aneka barang yang bakal dijual.
Begitulah pelajar kelas XII IPS 3, SMA 1 Sakra Timur Lombok Timur ini menghabiskan sore harinya, Minggu (24/1). Aktivitas itu dilakukan di rumahnya di Dusun Repok Gabe, Desa Greneng Kecamatan Sakra Timur.
Gadis berparas manis ini tidak saja dikenal luas di sekolahnya. Di lingkungan tempat tinggalnya pun, namanya cukup dikenal.
Maklum selain terampil, gadis ini juga punya paras manis. Belum lagi dari hasil kerajinan yang dibuatnya, ia mampu menghasilkan uang yang tak sedikit.
Kepada JEJAK LOMBOK, dara cantik ini bercerita soal produk yang ia buat. Awal ketertarikannya pada seni rajut saat membantu kakak perempuannya menjual hasil olahannya.
"Saya tertarik saat itu, lalu saya tanya-tanya ke kakak perempuan saya," terang gadis yang karib dipanggil Ria ini.
Semenjak pandemi, ujarnya, kegiatannya hanya di sekitar rumah. Terlebih saat itu, aktivitas sekolah sangat dibatasi. Kalau pun belajar hanya dengan sistem daring.
Buntut dari aktivitas sekolah yang dibatasi, berdampak pada uang jajan yang diterimanya. Di lain sisi, jika ia ingin meminta uang kepada orang tuanya, ia mengaku malu.
Lantaran itu, ia memutuskan untuk menyanggupi ajakan sang kakak perempuan. Yakni membantunya menjual produk berupa bahan rajut.
Tak lama membantu kakaknya berjualan, remaja 19 tahun ini tertarik dengan seni merajut benang tersebut. Karena minatnya itulah ia mulai belajar.
Melihat sang kakak merajut dan membuat pola, ia mengaku semakin tertarik. Namun demikian, membuat rajutan rupanya tak semudah yang dibayangkan.
"Saya memperhatikan kakak saya, cara membuatnya. Setelah saya coba tidak mudah," ujarnya tersipu senyum simpul.
Merasa kemampuannya tak cukup, ia pun melihat tutorial di YouTube untuk meningkatkan pengetahuannya. Berbekal tutorial itu, iamulai mencoba membuat sendiri produk tersebut.
Ia mengatakan, karya pertamanya berupa tas mungil. Tas itu untuk menaruh handphone. Hasil kerajinannya ini dengan bangga digunakan.
Kebanggaan ya itu kemudian diekspresikan dengan mengunggahnya di media sosial miliknya. Tak disangka rupanya ada yang berminat dengan tas tersebut
"Saya jual dengan harga Rp 45 ribu. Itu karya pertama saya dan bisa laku dan membuat saya semangat," ucapnya.
Mulai saat itu, ucapnya, ia semakin tekun membuat produk tersebut. Kini ia pun bisa menghasilkan sekitar 15 sampai 25 buah per bulan.
Dari itu saat ini, sebutnya, ia membandrol karyanya tersebut mulai Rp 45 ribu sampai dengan Rp 200 ribu ke atas. Tergantung bahan dan kerumitan pembuatan rajutan yang dibuat.
Ia mengaku mengerjakan aktivitasnya itu ketika tidak ada tugas sekolah. Ia mengerjakan aktivitasnya tersebut tanpa mengesampingkan pendidikan yang tengah ditempuh.
Ia mengatakan, jenis usahanya tersebut masuk dalam kategori usaha home mad. Ia membuat produknya jika ada pesanan yang masuk.
"Per harinya, ia hanya dapat membuat dua sampai tiga buah produk," sambungnya.
Selama ini untuk memasarkan produknya, ia memanfaatkan berbagai sosial media. Seperti facebook, instagram dan WhatsApp. Selain itu, ia dibantu oleh keluarga dan teman-temannya.
Untuk saat ini dirinya sudah bisa menjual sampai dengan 25 buah perbulan. Di bulan pertama saja, ia hanya meraup keuntungan swmpai Rp 1,4 juta.
Penghasilan ini didapatkan dari modal hanya Rp 20 ribu. Namun saat ini penghasilannya terus bertambah.
Kendati demikian, ujar dara cantik ini, untuk urusan bahan baku, seperti benang poly chery, ester, nilon, dan kilap ia harus pesan keluar daerah. Benang- benang ini ia pesan tepatnya di daerah Tangerang, Banten.
Bahan teraebut dipesan keluar lantaran di pasar lokal disebutnya sangat mahal. Namun yang lainnya bis didapati dengan mudah seperti furing, ring, kepala dan daun retsleting, jarum jahit, gunting, pengukur, dan inner.
Ia pun berharap, ini bisa menjadi inspirasi dan dapat membuat lapangan kerja untuk yang lainnya.
"Harapan kedepan semoga bisa membuat lapangan pekerjaan, bagi temen yang ada kemauan belajar merajuat," tandasnya. (jl)