ANTIGEN: Salah seorang pengunjung tempat hiburan di tes swab antigen.
MATARAM--Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Mataram terus melakukan swab antigen secara acak dan bersifat masif. Hal ini untuk mencegah penyebaran Covid-19 di ibukota Provinsi NTB tersebut terus meluas.
Menariknya, jajaran kepolisian dan pihak TNI juga dilibatkan secara aktif melalui satu tim terpadu untuk melakukan deteksi dini dan pencegahan menemani Tim PSC RSUD Kota Mataram yang dipimpin oleh dr H Lalu Herman Mahaputra selaku Dirut RSUD setempat.
Itu terlihat, pada Sabtu (29/1) malam hingga Minggu (31/1) dini hari, yakni dengan mendatangi sejumlah tempat hiburan malam di Kota Mataram.
Tempat hiburan yang disisir oleh tim gabungan diantaranya, karaoke Hotel Bidari, Lombok Plaza Karaoke, Kingsman Resto and Longue hingga Djembank Cafe
Dirut RSUD Kota Mataram dr H Lalu Herman Mahaputra yang juga anggota Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Mataram, mengatakan, dari empat lokasi itu tercatat ada sebanyak 102 orang yang merupakan pegawai dan pengunjung tempat hiburan malam telah dilakukan swab antigen secara acak.
"Hasilnya, termasuk para Partner Song (PS) yang juga dilakukan swab antigen acak, umumnya mereka negatif seluruhnya," kata dr H Lalu Herman Mahaputra pada wartawan, Minggu (31/1) malam melalui telpon selulernya.
Dokter Jack mengungkapkan, jika kegiatan swab antigen telah dilakukannya sejak tiga minggu lalu. Dimana, dari lima Tim PSC RSUD Kota Mataram yang sudah diterjunkan dan menyasar sebanyak 150 orang warga Mataram, sejatinya tetap fokus yang diutamakan adalah bagaimana protokol kesehatan (Prokes) Covid-19 harus dipatuhi dan dikedepankan oleh siapapun.
"Pokoknya, saya akan all out. Insya Allah, target saya ada 1000 orang setiap minggunya yang sudah kita swab antigen di Kota Mataram," ujarnya.
Dokter Jack menegaskan, semakin banyaknya warga yang menjalani tes, akan lebih mudah untuk mendeteksi jika ada warga yang terkonfirmasi positif. Hal ini otomatis akan ada tindakan medis yang diberikan. Selain itu upaya memperoleh hasil tes juga dipersingkat agar penularan tidak semakin menyebar.
"Mereka akan menjalani protokol yang telah ditetapkan, baik dirujuk di rumah sakit maupun menjalani karantina mandiri secara ketat di bawah pengawasan tenaga kesehatan. Selain itu, lingkungan sekitar juga akan menyesuaikan dengan lebih memperketat physical distancing antarwarga. Dengan demikian, upaya memutus mata rantai penularan menjadi lebih efektif," tegasnya menjelaskan.
Dokter Jack menuturkan, semakin cepat pemerintah melakukan swab test secara massal, upaya penanganan akan lebih cepat dapat dilakukan.
Apalagi, jumlah warga yang terpapar Covid-19 masih fluktuatif, angkanya cenderung bertambah. Untuk itu, warga diminta tetap waspada dan disiplin terhadap protokol kesehatan dalam setiap aktifitas.
"Untuk menyasar target seribu perminggu itu. Saya sudah menyiapkan sebanyak 3 ribu reagen. Pokoknya enggak perduli hujan, saya akan berbuat yang terbaik agar bagaimana kasus Covid-19 ini bisa ditekan hingga bisa mencapai jumlah minimal kasusnya alias enggak ada lagi," paparnya.
Terkait strategi agar bagaimana zona orange di Mataram agar bisa menuju kuning dan bisa kembali ke zona hijau. Menurut Dokter Jack, hanya satu cara, yakni bagaimana antara Pemprov dan Pemda kabupaten/kota bisa terus bersinergi.
Untuk itu, ia telah meminta izin pada Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi NTB untuk bisa menyasar semua perkantoran milik BUMN dan instansi vertikal agar bisa pelaksanaan swab antigen secara acak juga bisa dilakukan pada karyawan dan ASN di perkantoran tersebut.
"Saya enggak main-main, apapun kata orang saya akan jalan terus melakukan swab antigen itu. Termasuk, besok kita mulai menyasar sebanyak 80 orang karyawan TVRI NTB setelah sebelumnya karyawan PDAM Menang Mataram juga telah dilakukan upaya serupa," tandas Dokter Jack.
Dalam kesempatan itu, Dokter Jack mengharapkan, agar pola yang kini dilakukan pihaknya di Kota Mataram guna menekan laju lonjakan angka Covid-19, seyogyanya juga perlu dilakukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di masing-masing daerah.
Alasannya, tracing masif perlu kerja keroyokan, sehingga mereka yang terpapar virus corona dengan adanya kontak erat akan bisa cepat dideteksi.
"Jadi, kalau Kota Mataram saja yang melakukannya. Tapi, di Lobar dan Loteng enggak, kita khawatir kerja kita menekan itu akan sia-sia. Disinilah, kerja serentak dan kebersamaan untuk bagaimana strategi mengepung virus ini harus perlu dilakukan secara bersama-sama," pungkasnya. (jl)