TGB HM Zainul Majdi |
MATARAM -- Isak tangis mengangkasa lebur di udara. Selaksa doa menjadi penanda pengiring gugurnya salah satu putra terbaik bangsa, Gus Dur
Hari itu, Rabu, 30 Desember 2009, tepatnya sebelas tahun silam. Sekitar pukul 18.45 Wita, salah satu ruangan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta jadi saksi wafatnya sosok itu.
Kematian Gus Dur sudah diketahui banyak orang. Akibat komplikasi yang diderita rupanya tak kompromi lagi dengan nyawanya.
Kini ia telah tiada. Namun, pikiran dan gagasannya masih tetap hidup. Di masa kepemimpinannya pula dwi fungsi TNI Polri disudahi.
Rabu kemarin (24/3), haul Gus Dur diperingati. Salah satunya yang diselenggarakan para Gusdurian (pengikut Gus Dur, Red) Kairo. Haul itu berlangsung secara hybrid dengan menghadirkan sosok Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia, TGB HM Zainul Majdi.
Bukan hanya sosok cucu pendiri organisasi NW itu, Ketua Nasional Jaringan GusDurian Alissa Wahid dan intelektual NU Ulil Absar Abdalla juga bersama dalam forum itu.
Bahkan, nama-nama tak asing lainnya seperti Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi, Founder Ngaji KGI Dr Nur Rofiah, serta pegiat dakwah milenial Habib Husain Ja’far Al-Hadar, juga ikut serta.
Ada yang menarik dalam forum itu, terutama kehadiran TGB Zainul Majdi. Sosok gubernur NTB dua periode itu menyampaikan kenangannya saat kali pertama bertemu dengan Gus Dur.
"Saat itu saya masih kelas satu Aliyah, sekitar tahun 1988. Saat pulang sekolah, saya melihat ada mobil masuk di halaman gedeng (rumah, Red) Maulanasyekh, kakek saya," ucapnya.
Pemandangan mobil masuk di halaman rumah Maulanasyekh bukan hal biasa. Pemandangan itu dianggap ganjil lantaran tak sembarang orang melakukan hal tersebut.
Kata TGB Zainul Majdi, hanya orang-orang tertentu dan dianggap penting yang diizinkan sang kakek. Biasanya, tamu yang datang memarkir kendaraan mereka di luar halaman.
Setelah mobil masuk, kenangnya, ada Ustadz Rofi'i Akbar yang turun dari dalam mobil. Selepas ustadz yang bertindak sebagai sopir ini diikuti seorang pria berbadan gemuk dengan peci dan batik lengan pendek.
"Beliau-beliau itu langsung masuk ke rumah Malaunasyeikh," ungkapnya.
Tak hanya memarkir mobil di dalam halaman rumah. TGB semakin tercengang ketika kakeknya menyambut tamu itu dengan baju "kebesarannya". Pakaian khusus yang dihadiahkan oleh sang guru Syaikh Hasat Al-Masyath.
HAUL: TGB HM Zainul Majdi saat berada dalam acara haul Gus Dur yang dilaksanakan hybrid. |
TGB melihat sang kakek mengenakan pakaian khusus itu dilengkapi jubah dengan surban.
Setahu TGB, pakaian yang dikenakan Maulanasyekh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid itu biasa dikenakan saat ada ulama-ulama datang, seperti Syaikh Yasin Isa Al Fadani.
Sambutan Maulanasyekh sangat hangat, Gus Dur dipeluk. Nampak pula keakraban yang terlihat antara sang kakek dan Gus Dur.
TGB mengaku, saat itu tidak tahu menahu sosok Gusdur. Sejam selepas memasuki rumah, Gusdur pamit dan keluar menuju mobil.
Sempat Maulanasyekh hendak mengantar hingga ke mobil, tapi ditolak Gus Dur. Ia diantar hingga di tengah halaman rumah saja.
Kepada TGB kemudian Maulanasyaikh menyampaikan, tamu yang datang itu adalah Abdurrahman Ad Dakhil. Ia adalah cucu pendiri organisasi NU.
Ingatan tentang perjumpaan bersama Gusur itu masih lekat di kepala TGB. Sambutan ya g diberikan sang kakek dianggap menandakan sosok itu adalah orang luar biasa, istimewa.
"Itu bentuk penghormatan kakek kepada Gus Dur. Tentu secara menyeluruh, tidak hanya Gus Dur. Kepada keseluruhan keluarga Gus Dur hingga kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari,” urainya.
Setelah pertemuan itu, lanjut TGB, ia berjumpa lagi dengan Gus Dur ketika menjabat menjadi presiden. Ia bersama rombongan diterima secara sederhana.
Tak kalah dengan kenangan perjumpaan pertama, pertemuan kedua ini juga masih tersimpan rapi di memori TGB. Saat itu, Gus Dur berkisah ketika berada di Kairo, Mesir. Ia juga bercerita tentang detail cerita-cerita film serta yang lainnya.
"Dari interaksi itu saya sadar, beliau melihat segala sesuatu menjadi medium pembelajaran. Yang patut ditiru dari Gus Dur semua hal bisa menjadi sumber ilmu dan pembelajaran,” tutupnya. (jl)