HM. Juaini Taofik
SELONG -- Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) per-26 Februari, Lombok Timur menduduki posisi kabupaten dengan kontraksi ekonomi terendah. Data ini meliputi kabupaten kota yang ada di NTB.
Kontraksi rendah ini menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi positif. Laju pertumbuhan ekonomi daerah ini terbaik dari semua kabupaten kota yang ada.
"Pertumbuhan ekonomi kita yang tertinggi sepanjang 2020 kemarin," ungkap Sekda Lombok Timur, HM Juaini Taofik, Selasa (9/3).
Rilis ini terungkap dalam rapat koordinasi Pemkab Lombok Timur bersama BPS. Rapat koordinasi ini dilaksanakan guna mengetahui kondisi perkembangan ekonomi Kabupaten Lombok Timur selama pandemi covid-19 dan langkah yang tepat untuk menyikapinya
Menurut Sekda, keunggulan dalam sektor pertanian yang dimiliki Lombok Timur menjadi suatu keuntungan. Ini karena sifatnya yang relatif konsisten.
Berbeda dengan sektor pariwisata yang mengalami penurunan cukup signifikan selama pandemi Covid-19. Karena itu, Sekda berharap kedepan sektor pertanian harus terus dimaksimalkan.
Selain sektor pertanian, Lombok Timur juga diuntungkan dengan adanya pertambangan galian C. Sektor ini disebutnya berkontribusi meningkatkan sektor perdagangan.
Galian C tersebut hingga saat ini masih dimanfaatkan oleh pembangunan sektor pariwisata Lombok Tengah. Pemanfaatannya berfokus di kawasan wisata Mandalika.
Secara gamblang, Sekda menyebut rendahnya kontraksi ekonomi ini tidak lepas dari kemandirian masyarakat. Hal ini dinilai menjadi faktor pendukung luar biasa.
"Hal ini pantas kita apresiasi," ucapnya.
Kepala BPS Lombok Timur, Lalu Putradi mengatakan, pandemi Covid 19 mempengaruhi ekonomi hampir seluruh dunia. Ekonomi NTB disebutny mengalami kontraksi atau disebut juga pertumbuhan minus sebesar -5,19 persen.
Angka kontraksi ekonomi provinsi tersebut merupakan rata-rata kontraksi ekonomi seluruh kabupaten kota yang ada di NTB. Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Barat merupakan penyumbang angka kontraksi tertinggi sebanyak masing-masing -7,44 persen dan -7,04 persen.
Sementara itu, kontraksi pertumbuhan ekonomi kabupaten Lombok Timur hanya -3,10 persen. Kondisi ini merupakan daerah dengan kontraksi ekonomi terendah dari seluruh kabupaten kota di NTB.
Putradi menjelaskan, kontraksi ekonomi di Lombok Timur disebabkan menurunnya pertumbuhan di 3 sektor. Dimana tiga sektor ini memiliki kontribusi paling besar dalam perekonomian daerah.
Diantaranya yakni, sektor pertanian yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,39 persen, sektor perdagangan sebesar -3,65 persen. Terakhir yakni sektor kontruksi sebesar -14,83 persen.
Sektor pertanian mengalami pertumbuhan minus dikarenakan beberapa komoditas dominan mengalami penurunan produksi. Padi menurun akibat adanya pergeseran waktu tanam.
Begitu juga dengan jagung menurun 35 persen, cabe rawit 45 persen dan tembakau virginia 24 persen.
Menurunnya produksi tembakau virginia disebabkan berkurangnya luas lahan dan menurun hampir 50 persen dibandingkan dengan tahun 2019.
Sedangkan untuk sektor perdagangan, nilai tambah yang muncul dipengaruhi nilai jual yang dihasilkan sektor-sektor lain. Sementara itu, sektor konstruksi menurun karena aktivitas konstruksi pemerintah, baik APBD maupun APBN 2020 turun hingga 44 persen akibat pemangkasan anggaran. (hs)