LAUNCHING: Gubernur NTB H Zulkifliemansyah saat mengikuti kegiatan launching EPPIC secara daring.
MATARAM -- Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dari 16 kementerian lembaga bersama UNDP bakal menyelenggarakan kompetisi Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC).
Kompetisi ini berkat dukungan Kementerian Luar Negeri Norwegia dan Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad) akan Fase II di Indonesia dan Filipina. Dimana garam ini akan diiikuti oleh negara-negara se-ASEAN.
Kabar baiknya, momentum penyelanggaraan kompetisi EPPIC fase II di Indonesia yang rencananya akan dipusatkan di Mandalika, Lombok Tengah Provinsi NTB. Kompetisi ini dianggap sejalan dengan program zero waste yang sedang gencar dilaksanakan Pemprov NTB.
Hal tersebut diketahui dalam soft Launching Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) Fase II - Indonesia dan Talkshow "Ide 72 Ribu Dollar untuk Memerangi
Sampah Plastik". Soft launching ini diikuti Gubernur NTB, H Zulkieflimansyah melalui virtual di ruang kerjanya, Selasa (16/3).
EPPIC sendiri merupakan sebuah kompetisi di tingkat Asia Tenggara. Dimana kegiatan ini bertujuan menjaring inovasi penanganan sampah plastik di laut.
Dalam gelaran ini, para inovator diajak membagikan ide-ide cemerlangnya menangani polusi plastik. Selain itu, juga memberikan kesempatan bagi para inovator menerima pendanaan awal dan pelatihan inkubasi untuk membantu mereka memaksimalkan keberhasilan inovasinya.
Dalam sambutannya, Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah mengatakan, Pemprov NTB juga sedang giat-giatnya mewujudkan program unggulan. Program itu yakni Zero Waste atau menerapkan pola hidup sehat dan bersih yang secara garis besar selaras dengan kompetisi EPPIC tersebut.
Diakui gubernur, ternyata program itu gampang diucapkan tapi implementasinya tidak sederhana. Bahkan berbagai kelompok kecil masyarakat yang telah memilah sampah hingga inisiatif menghadirkan bank sampah di berbagai lokasi di NTB.
Namun demikian, hingga saat ini diakui Gubernur dampaknya tidak cukup memberikan hasil yang efektif.
"Karena itu, dengan bantuan dari pihak penyelenggara kami sangat membutuhkan sebuah perusahaan atau teknologi yang serius mengolah sampah plastik di tempat kami sendiri. Sehingga pengelolaan sampah plastik segera diwujudkan guna menunjang keasrian dan kebersihan Mandalika sebagai kawasan super prioritas," ungkap Gubernur.
Sebagai destinasi super prioritas, Gubernur mengatakan, bukan tidak mungkin jumlah penonton di event MotoGP membludak., Dengan jumlah itu otomatis rentan juga terhadap jumlah sampah plastik yang akan mencemari kawasan, baik di darat maupun lautnya.
"Untuk itu, dengan diselenggarakannya kompetisi EPPIC di tempat kami diharapkan lahirnya inovasi pengolahan sampah plastik yang hebat," sambungnya.
Dengan begitu, jelasnya, perusahaan yang punya teknologi pengolahan sampah mau hadir di daerah ini.
Andai butuh tanah dan infrastrukturnya, ucapnya, pihaknya mengaku siap. Kalau pengolahan sampah plastik bisa dilakukan di NTB otomatis memberikan motivasi bagi provinsi-provinsi lain di Indonesia.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenkomarves, Nani Hendiarti mengungkapkan, Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Karena negara kepulauan, maka potensi hasil laut yang melimpah.
Namun dibalik potensi tersebut, ekosistem laut Indonesia memiliki tingkat kerentanan terhadap pencemaran sampah plastik. Kondisi ini berbahaya jika tidak ditangani dengan aksi nyata maupun inovasi-inovasi cemerlang dari semua pihak.
"Kompetisi ini merupakan bukti nyata keterlibatan negara-negara di Asean dalam menangani sampah plastik di laut. Sehingga diharapkan mampu menangani dan meminimalisir pencemaran sampah di laut," ungkapnya.
Ia berharap, dengan adanya kompetisi ini mampu melahirkan inovator-inovator masyarakat dan pemuda untuk menangani sampah plastik dengan toknologi yang berkembang saat ini. Sebab, kompetisi ini merupakan salah satu kunci utama untuk mengatasi masalah sampah plastik. (jl)