Buku Bercerita tentang Remaja Pengidap Kanker Otak
BEST SELLER: Mahyani sedang menunjukkan bukunya yang kini sedang menjadi best seller, Ajal Adalah Rahasia-Nya. |
"Tidak semua keluarga bisa menerima jika seseorang menderita penyakit akut. Tak jarang mereka dianggap sebagai beban."
SAEPUL HAKKUL YAKIN -- SELONG
AISYAH terbaring tak berdaya. Penyakit akut menahun yang dideritanya menjadi penyebabnya.
Tak banyak aktivitas berarti yang dapat dilakukan, kecuali lebih banyak berada di rumah. Sisanya, hari-hari yang dilalui gadis belia ini berada di bangku sekolah.
Penyakit yang diderita bukan main-main. Pihak medis mendiagnosa gadis ini mengidap kanker otak stadium akhir.
Kondisinya yang malang itu rupanya bukan mendatangkan belas kasihan dari pihak keluarga, lingkungan bermain dan di sekolah. Pihak keluarga misalnya, ia tak jarang dianggap sebagai beban.
Penderitaan Aisyah ini belum cukup. Di sekolah, ia malah menjadi sasaran perundungan. Ia kerap menjadi bahan ejekan. Begitu juga di lingkungan tempat tinggal, serapah buruk kerap kali dialamatkan kepada gadis ini.
Derita berat yang dirasakan Aisyah sedikit terobati dengan kehadiran sang nenek.eeat perempuan berusia senja inilah i merasakan hangatnya kasih sayang. Hanya kepada sang nenek ia merasa terayomi.
Begitulah sedikit sinopsis alur ceita tentang buku berjudul Ajal Adalah Rahasianya. Buku ini ditulis Mahyani, gadis kelahiran Gondang, Dusun Gunung Joget, Desa Swangi Timur, Kecamatan Sakra, Lombok Timur.
Mahyani sendiri merupakan siswa SMK Nawa Qur'ani, Suwangi Timur. Buku yang ditulisnya ini tercatat sebagai salah yang terlaris saat ini, best seller.
Senin (15/3), JEJAK LOMBOK menemui sang penulis. Ide alur cerita yang dituliskan dibukunya itu disebutnya cukup aneh. Seringkali setiap ide muncul ketika ia sedang berada di dalam kamar mandi atau saat siang hari.
Novel itu, lanjut dara cantik kelahiran 1 Juli 2005 ini, sebenarnya berawal dari kompetisi menulis. Kompetisi itu diadakan oleh salah satu penerbit buku.
Informasi itu tentang lomba menulis ini disebutnya secara kebetulan. Kala itu, ia sedang berselancar di akun facebooknya. Dari sana ia menemukan informasi terbit.
"Saya senang dapat informasi itu. Bagi pemenang akan diberikan hadiah dan akan dicetak sebagai buku," ucap gadis 16 tahun ini.
Jalan menjadi juara tak mudah bagi Mahyani. Betapa tidak, peserta yang ikut dalam kompetisi ini berasal dari seluruh Indonesia.
Lantaran banyaknya peserta, oleh pihak pelaksana membagi peserta menjadi empat zona. mahyani sendiri masuk dalam daftar peserta di zona empat.
Sejak saat itu, Mahyaninterus mengunggah setiap tulisan di akun facebooknya. Tulisan-tulisan inilah yang kemudian dinilai dewan penguji.
Seumpama berkah, tak disangka tulisannya mendapat posisi jadi terbaik dua. Novelnya itupun menjadi best seller yang dijual secara online.
Ia mengatakan, tulisan yang lahir dari pikirannya kebanyakan tentang cerita remaja seusianya. Rata-rata alur cerita yang ditampilkan yakni tentang remaja yang tengah berjibaku di jalan terjal cita-citanya.
Novel tersebut, ucapnya, dibuat selama empat bulan di tahun 2020 kemarin. Yakni mulai dari Juli hingga September.
Buku ini, ucap Mahyani, bukan yang pertama. Namun ada beberapa yang telah dibuatnya.
"Namun bentuknya ontologi, dalam satu buku itu ada lebih dari satu penulis," ujarnya.
Di antara buku yang ditulis Mahyani yakni Mutiara Hitam, Hibah, dan yang sedang digarap saat ini tentang Budaya Sasak.
Ia mengaku, belum menghitung berapa eksemplar yang telah dicetak oleh penerbit terkait bukunya tersebut. Baginya bersyukur, ceritanya kini dibaca orang banyak.
Dari kegiatan menulis ini, sudah beberapa lomba yang diikutinya. Seperti lomba tulis nasional dan mendapatkan terbaik 1. Sementara di sayembara penerbit kali ini mendapatkan juara 2.
Dibuku tersebut, ujarnya, dirinya paling suka dengan materi terakhir, yang happy ending.
"Novel saat bisa di pesan di Shopie sekarang, sudah dapat dipesan," terangnya.
Kegemaran Mahyani menulis rupanya dimulai sejak usia 15 tahun. Namun, ia aktif menulis sejak 2020 lalu.
Terpisah, Kepala SMK NW Qur'ani Swangi Timur, HM Mushin Makbul mengatakan, siswanya tersebut dikenal sebagai orang pendiam, tak terlalu bergaul.
Dari sosok Mahyani yang pendiam itu, awalnya ia tak percaya jika siswanya tersebut membuat sebuah buku. Sepengetahuannya anak itu tak seperti remaja biasanya yang memiliki pergaulan luas.
Terlebih, ia hanya tinggal bersama kakek dan neneknya. Sementara kedua orangtuanya tengah merantau.
"Dia kirim lewat WA, tapi saya kira WA-nya dibajak. Makanya saya hapus WA-nya," terangnya.
Ia mengetahui pasti karya tersebut dibuat oleh anak didiknya baru sebulan kemarin. Pada saat buku itu dikirim bersama dengan piala dan marchandise oleh pihak penerbit.
Ia pun coba membuka aplikasi Shopie dan mencari buku tersebut. Dari 230 biji buku, tertinggal hanya 9 saja.
Menurutnya, selain memiliki kemampuan yang baik di sekolah, ia juga dikenal sebagai hafidz dan qori'ah dengan suara yang merdu.
"Saya akan buatkan dia ekskul berkaitan dengan hobinya itu agar bisa menelurkan ilmunya ke siswa yang lain," terangnya. (*)