Ir. Mashur SP
SELONG-- Mataram sebagai ibukota Provinsi NTB nampaknya masih menjadi barometer harga pangan di daerah lain.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Lombok Timur, Ir Mashur SP mengatakan, di Lombok khususnya yang menjadi barometer itu ialah Kota Mataram. Menurutnya, andai semua OPD dapat menekan harga di jantung ibukota, ia yakin laju menekan inflasi di daerah.
"Barometernya di sana, begitu ada lonjakan harga di Kota Mataram susah kita, pasti dampaknya ke daerah," katanya, Kamis (4/3).
Lantaran itu pihaknya harus bekerja keras memantau standar harga setiap harinya. Ini karena laporan berupa update harga harian harus dikirim ke pusat yakni ke Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri).
Sampai saat ini, terangnya, pihaknya hanya memiliki empat tenaga pendamping. Mereka ini tugasnya membantu kepala pasar dalam memantau harga komiditi setiap hari.
Dia mengatakan, setiap kepala pasar sebenarnya melaporkan perkembangan harga komoditi secara online. Namun demikian, untuk menguji data pihaknya juga memiliki tim investigasi.
"Sewaktu-waktu kita ingin menguji data ini, maka kita juga tim lain, sebentuk Intelijen atau informan," ujarnya.
Itu dilakukan, terangnya, selain menguji data juga sebagai tim lidik bagi para pedagang nakal. Terutama bagi mereka yang menimbun barang atau komoditi tertentu.
Pada komoditi cabai misalnya yang sering mengalami fluktuasi harga pasar. Ia mengklaim selama dua tahun belakangan harga cukup stabil.
Kendati demikian, salah satu fokus pengawasan yakni beras. Bahkan mengenai bahan pokok satu ini pihaknya terus berkoordinasi dengan penyedia yakni Bulog.
Selama ini, terangnya, selain memantau harga pihaknya juga menekankan agar masyarakat memiliki cadangan pangan masing-masing. Tujuannya guna mempertahankan stabilitas harg di daerah.
"Kita tahu hal ini dari berapa serapan per harinya di pasar," terangnya.
Ia mengaku jika pihaknya telah melalukan pemantauan langsung di pasar. Itu tidak lain ntuk mengetahui serapan di salah satu komoditi.
Pihaknya menemukan, per harinya terserap dari 20 sampai 50 kilogram..dengan kondisi ini, berarti ketersediaan pangan di masing-masing rumah masih aman.
Tapi lain halnya jika, serapan dalam per hari masih mencapai saton ton. Maka kondisi itu tidak wajar.
Namun demikian, dia tak menafikan jika terjadi lonjakan harga di beberapa komoditi. Termasuk salah satunya kacang. Bahan yang satu ini di pasar harganya sampai tembus Rp 27 ribu per kilo.
Dia menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan lonjakan harga pada komoditi ini. Antara lain yakni, kekurangan stok dan penyebab lainnya ialah musim penghujan, yang berbuntut pada gagal panen petani.
"Tapi kita sudah koordinasi dengan kabupaten lain untuk menutupi itu. Kita usahakan stabil di kota, sama sih seperti di ibukota kalau Jakarta stabil semua daerah akan mengalami kestabilan harga juga," bebernya.
Faktor hujan ini, terangnya, barang akan mengalami kerusakan dan bahkan keterlambatan pengiriman lantaran cuaca. Meski begitu, ia mengklaim jika pangan Lombok Timur masih aman.
Terbukti, di daerah selatan tak pernah mengalami kekurangan pangan. Stok komoditi berupa beras masih aman.
"Pasca gempa kita selalu deplasi," tandasnya. (kin)