APRESIASI: Ketua TP PKK NTB, Hj Niken Saptarini Widyawati memberi sebuah bingkisan kepada Sekolah Perempuan Pelangi sebagai bentuk apresiasi.
TANJUNG -- Sekolah perempuan "Pelangi" di Dusun Lokoq Buaq, Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Lombok Utara kini menjadi menjadi sorotan. Ini karena sekolah tersebut telah berhasil membuktikan kiprahnya mengubah perempuan-perempuan desa menjadi lebih berdaya.
Peran perempuan selama ini dikenal akrab dengan isu-isu domestik rumah tangga. Namun, lewat sekolah perempuan ini, diarahkan untuk bisa lebih berperan dalam keterlibatannya membangun ketahanan keluarga, terutama dalam isu gender dan pelibatan perempuan dalam pembangunan.
"Dalam hal literasi, Sekolah Perempuan Pelangi berhasil membuktikan kiprahnya mengubah perempuan Desa Sukadana menjadi sosok dalam keluarga yang saling berbagi peran dengan kepala rumah tangga dan bersama sama membangun keluarga," ujar Ketua TP PKK NTB, Hj Niken Saptarini Widyawati ketika berkunjung ke sekolah itu, Senin (22/3).
Ia menilai sudah saatnya perempuan memiliki peran yang lebih nyata dalam proses pembangunan keluarga. Bahkan perempuan juga ia dorong bisa terlibat aktif berpartisipasi dalam pembangunan.
Tak hanya itu, perempuan juga didorong mampu bersaing mengisi peluang-peluang pengembangan diri. Ini penting, sekaligus sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Sementara itu, Ketua Sekolah Perempuan Pelangi, Sara'iah menyampaikan, kaum perempuan harus memiliki pengetahuan yang cukup. Baik itu tentang banyak hal seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi sampai hak-hak perempuan dalam berbagai aspek.
"Mulai dari keluarga sampai negara. Ini penting untuk menjamin hak-hak dan perlindungan terhadap perempuan,' ucapnya.
Ia pun bercerita jika pihaknya selama tahun 2020, sudah mengadvokasi 26 kasus. Tiga diantaranya adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga, lainnya ada kasus pernikahan anak dan pelecehan seksual.
Dalam proses advokasi itu, 12 kasus selesai. Selebihnya hingga kini menjadi atensi pihaknya.
Sekolah Perempuan Pelangi disebutnya mengedukasi perempuan Sukadana. Tujuannya agar mengetahui haknya sebagai perempuan. Misalnya jika terjadi pernikahan anak yang kerap dilegalkan oleh adat.
Tidak hanya itu, kurikulum belajar disesuaikan juga dengan kebutuhan perempuan. Praktis, pola belajar dapat berpindah dari rumah ke rumah dan memungkinkan literasi tentang banyak hal dilakukan agar keterlibatan perempuan dalam kebijakan pembangunan desa diperhitungkan.
"Sejak 2014, Sekolah Perempuan Pelangi telah banyak pula menyumbang progres pembangunan Sesa Sukadana dari status tertinggal menjadi berkembang pada 2020," ungkapnya.
Saat ini, sekolah perempuan telah ada di 33 dusun dengan peserta didik perempuan warga dusun yang mulai beragam usia. Selain itu, sejak tiga bulan terakhir media pembelajaran yang digunakan menggunakan media radio komunitas yang mengudara hingga Bayan dan sekitarnya.
Ririn Hayudiani dari Lembaga Pengembangan Sumber Daya Mitra yang membantu proses belajar peserta didik Sekolah Perempuan Pelangi, pada kesempatan tersebut mengapresiasi perkembangan perempuan Sukadana. Apresiasi ini terutama dalam isu gender dan pelibatan perempuan dalam pembangunan.
"Saya berharap sekolah perempuan ini bisa direplikasi di banyak tempat lagi. Selain di KLU, di Lotim ada sekolah perempuan Tangguh di Desa Montong Betok," pungkas Ririn. (jl)