INDAH: Inilah salah satu sisi pemandangan indah yang ditampilkan di kawasan Taman Narmada.
GERUNG — Bekas ekspansi dan peninggalan Kerajaan Karangasem Bali di tanah Lombok hingga kini masih bisa temui. Peninggalan-peninggalan tersebut kini menjadi bagian dari situs sekaligus destinasi wisata bersejarah.
Beberapa jejak sejarah sisa pendudukan Kerajaan Karangasem Bali itu bisa ditemui di sejumlah tempat di Lombok. Sebut saja seperti Pura Mayura di Kota Mataram, dan Taman Narmada dan Pura atau Kemaliq Lingsar di Lombok Barat.
Khusus di Lombok Barat, dua bekas peninggalan sejarah ini banyak dikunjungi wisatawan. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat secara memberi porsi perhatian khusus lewat pengelolaan yang ditangani pemerintah setempat.
Pura atau Kemaliq Lingsar
BERSIH-BERSIH: Jajaran Dinas Pariwisata Lombok Barat dan masyarakat membersihkan komplek Pura Lingsar beberapa waktu lalu. |
Destinasi ini diduga pembangunannya dilakukan pada tahun 1759. Dalam hitungan kabisat, tahun disinyalir sebagai masa berakhirnya kekuasaan Mataram yang pada waktu itu berpusat di Cakranegara.
Pura Lingsar dibangun oleh Raja Ketut Karangasem Singosari. Pura ini dibangun untuk menyatukan secara batiniah masyarakat Sasak dengan masyarakat Bali. Pura ini berdampingan dengan Kemaliq yang merupakan tempat pemujaan masyarakat Sasak.
Jauh sebelumnya di lokasi ini, masyarakat Sasak telah melakukan pemujaan terhadap sumber mata air yang mereka sebut Kemaliq. Kemaliq berasal dari kata Maliq. Dalam bahasa Sasak artinya keramat atau suci.
Sumber mata air yang ada di Kemaliq ini oleh masyarakat Sasak dikeramatkan atau disucikan. Ini karena tempat tersebut diyakini sebagai tempat hilangnya (moksa) seorang penyiar Agama Islam Wetu Telu yang bernama Raden Mas Sumilir dari Kerajaan Medayin.
Keberadaan ajaran Islam Wetu Telu di daerah Lingsar ini berasal dari Jawa melalui Bayan. Ia menyebarkan ajaran agama ini atas perintah Sunan Pengging dari Jawa Tengah pada permulaan abad XVI.
Islam Waktu Telu ini adalah sinkretisme Hindu - Islam. Sumber ajarannya berasal dari ajaran Sunan Kalijaga. Sinkretisme dalam kepercayaan mistik merupakan kombinasi Hindu (Adwaita) dengan Islam (Sufisme) dengan ajaran pantheisme.
Ada dua bagian bangunan di lingkungan Pura atau Kemaliq Lingsar. Dua bagian itu yakni Gaduh yang berarti pura. Bagian lainnya dinamakan Kemaliq, yang artinya keramat yang diperuntuukan untuk warga Sasak Wetu Telu kala itu.
Gaduh dan Kemaliq ini boleh dipakai kapan saja menurut keperluan para penganut kedua agam tersebut. Kendati berbeda keyakinan, kedua agama ini hidup rukun dan berdampingan. Di pura inilah biasanya prosesi Perang Topat dilaksanakan.
Sekitar pertengahan Maret lalu, kawasan ini menjadi obyek yang disasar Dinas Pariwisata Lombok Barat melakukan aksi bersih-bersih. Aksi ini kontan mendapat respon positif pemerintah desa setempat.
Kepala Desa Lingsar, Sahyan mengaku bersyukur dan berterima kasih atas konsistensi aksi bersih-bersih yang dilakukan Dispar Lobar di destinasi wisata. Aksi ini bisa menjadi wadah stimulus dan edukasi masyarakat tentang pentingnya kebersihan di lokasi pariwisata.
Taman Narmada
Taman Narmada |
Taman Narmada dibangun oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem pada tahun 1727. Nama taman ini diambil dari sebuah sungai suci di India, yaitu sungai Narmanadi. Taman ini dimaksudkan sebagai miniatur Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak.
Oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem, taman ini diniatkan sebagai tempat ritual kurban (Pakelem) jika sudah berusaia senja. Saat hendak membangun taman ini, raja memerintahkan arsiteknya membawa nuansa Gunung Rinjani ke tengah pusat kota.
Akses ke taman ini tidak sulit. Letaknya yang berada di pinggir jalan protokol memudahkan wisatawan mengunjungi tempat ini.
Tak hanya menyajikan keindahan miniatur Rinjani dan Segara Anak, pengunjung juga siap-siap disambut kuliner khas bernama Sate Bulayak. Kuliner yang satu ini merupakan makanan khas di sekitar Kecamatan Narmada.
Terbaru, di taman ini sedianya bakal dijadikan lokasi parade kolosal atraksi Tari Gandrung menyambut HUT Kabupaten Lombok Barat ke 63 di pengujung Maret lalu. Namun karena masih dalam situasi masa pandemi, atraksi itu dibatalkan. (jl)