PANTAU: Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat, H Saiful Ahkam saat berkoordinasi dengan kepolisian terkait aksi demonstrasi pedagang di Pantai Cemare yang meminta destinasi itu dibuka.
GERUNG -- Penutupan destinasi wisata di berbagai tempat di Lombok Barat saat Lebaran Idul Fitri memicu beragam reaksi saat . Tidak sedikit warga yang memprotes kebijakan itu lantaran dianggap menghalangi rezeki mereka dari aktivitas keramaian di lokasi destinasi.
Di Pantai Cemare, Kecamatan Lembar Lombok Barat misalnya. Masyarakat memprotes kebijakan ini dengan aksi demonstrasi.
Dalam aksinya, masyarakat meminta agar obyek wisata itu dibuka. Kebijakan menutup lokasi wisata dianggap mempersulit kehidupan ekonomi warga.
Sedianya kebijakan menutup tempat wisata ini berdasarkan surat edaran Bupati Lombok Barat. Edaran ini berlaku H-1 hingga H+10 pasca Lebaran.
Terhadap aksi warga, Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat H Saiful Ahkam, berharap masyarakat dapat mematuhi keputusan pemerintah. Tujuan dari kebijakan itu agar dapat mencegah kerumunan demi memutus penyebaran Covid-19.
"Kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi ini. Tidak ada jaminan oleh siapapun bahwa protokol kesehatan bisa berjalan di tengah kerumunan bila di buka," ucapnya, Sabtu (15/5).
karena itu, Ahkam meminta masyarakat bersabar. Pasca 10 hari lebaran akan dinormalkan lagi. Lagi pula, kebijakan ini semata-mata untuk kebaikan semua pihak.
Kebijakan menutup destinasi ini, jelasnya, tidak sendiri diinisiasi Pemkab Lombok Barat. Sebelum kebijakan ini tercetus, sudah lebih dulu dikoordinasikan dengan lintas sektor Forkopimda, terutama dengan kepolisian.
Sejauh ini, Lombok Barat sendiri tercatat berada di zona orange penyebaran Covid-19. Status ini dinilai riskan bakal memperparah keadaan jika destinasi wisata dibuka kembali.
Di tempat berbeda, tanggapan positif disampaikan Saleh, penjaga tempat wisata di Desa Pakuan Kecamatan Narmada. Walaupun mengaku kecewa dengan aturan penutupan ini.
Saleh mengaku tindakan pemerintah di situasi pandemi yang sedang berlangsung saat ini sudah sesuai. Penutupan tempat-tempat wisata ini walaupun merugikan dari sisi ekonomi, namun bisa menekan kasus Covid 19 dan menyelamatkan banyak orang.
"Iya jelas kecewa, pendapatan jadi tidak ada yang biasanya lumayan saat lebaran. Tapi kami kan mencoba patuh sama aturan. Mudahan saja cepat berhenti dan normal. Biar orang-orang yang mau main-main berlibur, mandi di air terjun ini bisa bebas datang," harapnya.
Senada, pedagang di kawasan Pusat Rekreasi Masyarakat Sesaot, Ani mengaku, ia mengalami penurunan hasil penjualan. Ibu empat anak ini mengaku jika dalam kondisi normal dirinya bisa saja memperoleh ratusan ribu rupiah dalam sehari.
"Ia tentu berkurang, kan Sesaot tutup. Tapi tidak apa-apa, kalau memang pemerintah menyuruh tutup, ini kan demi orang banyak lainnya juga," ungkapnya.
Ditemui oleh tim pantau Dinas Pariwisata Lobar di lokasi, salah seorang pengunjung bernama Dedi mengaku tidak mengetahui adanya penutupan tempat wisata di Lombok Barat.
"Saya rencana ke Air terjun Segenter mau foto-foto, tapi malah tutup. Saya lewat Sesaot juga ternyata tutup, tadi saya lewat Tibu Atas tadi juga ditutup, gak dikasih masuk," kata pengunjung asal Mataram ini.
Walaupun terdengar sedikit kecewa karena tidak bisa ke tempat tujuan, Dedi juga merasakan kalau pemerintah sedang berusaha untuk memutus penularan Covid-19. Sebagai masyarakat, ucapnya, sebaiknya mengikuti imbauan pemerintah, setelah itu pemerintah juga harus tetap memberikan perhatian kepada pemilik tempat wisata yang terdampak. (jl)