RUSAK: Sinemah merusak kandang sapi yang telah dibuatnya lantaran sapi yang dijanjikan HKTI NTB tidak kunjung datang.
SELONG -- Tujuh bulan lebih sudah masyarkat menunggu realisasi program 10 juta sapi yang dicanangkan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) NTB.
Sayangnya, hingga kini sepertinya program itu hanyalah pepesan kosong belaka. Pasalnya sampai saat ini mimpi para peternak memiliki sapi tak kunjung terwujud.
Tidak heran calon penerima program itu, kecewa dengan merusak kandang yang telah dibuatnya. Seperti yang terjadi di Lingkungan Gunung Sepang Lauq, Keluruhan Denggen, Kecamatan Selong Lombok Timur.
Salah seorang calon penerima bantuan program 10 juta sapi dari HKTI NTB, Amaq Sinemah rela merogoh kantong hanya untuk membuat kandang tersebut.
"Saya habiskan lebih Rp 1,5 juta untuk membangun kandang, karena semua bahan harus dibeli," tutur Amaq Sinemah, saat ditemui awak media, Senin (7/6).
Kandang berukuran 5x3 meter itu dibuatnya akhir tahun 2020 yang lalu. Ia membuat kandang itu atas perintah Kepala Lingkungan (Kaling) setempat.
Saat itu, ia dijanjikan akan mendapatkan sepasang sapi impor asal Australia.
Dirinya memaparkan, telah menunggu realisasi program tersebut tujuh bulan lamanya. terombang-ambing ketidakpastian, ia pun berinisiatif mempertanyakan hal itu, namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Sebab, kontak yang dihubungi tak kunjung aktif.
Ia mengaku sampai saat ini, dirinya tak pernah dimintai sepeser pun uang untuk mendapatkan program tersebut.
"Tidak ada," jawabnya singkat.
Terpisah Sekretaris HKTI NTB, Iwan Setiawan saat dikonfirmasi mengklaim administrasi sudah klir. Namun demikian, program tersebut terkendala covid-19 menyangkut protokol kesehatan terkait ekspor impor di kementerian.
Ia mengklaim tugas dari HKTI sudah selesai. Tinggal dari pemilik program yaitu dari kementerian terkait dan pihak Australia.
"Jadi kalau itu di luar kewenangan kita," ucapnya.
Dia mengklaim, program tersebut bukan hanya menjadi atensi HKTI NTB. Namun juga jadi perhatian pengurus pusat.
Jika melihat dari dokumen yang ditandatangani, disebutnya kewajiban telah dituntaskan seluruhnya. Tinggal dari perusahaan yang menjadi mitra dalam program tersebut untuk memproses dan pihaknya telah meminta mempercepat realisasinya.
Data calon penerima program tersebut, bebernya, sudah mencapai sekitar 25 ribu kelompok. Jumlah itu tercatat di wilayah Gumi Patuh Karya saja.
Meski demikian, ia tak dapat merincikan berapa jumlah ekor sapi dari data tersebut.
"Target kita 25 ribu ekor untuk Lombok Timur per pengiriman," ucapnya.
Saat ditanyakan soal kemungkinan realisasi tahun ini, ia menjawab tidak jelas. Mengingat kondisi saat ini, jangankan hewan, mobilitas manusia juga masih dibatasi.
Meski begitu, pihaknya tengah merekrut 15 orang dokter sapi yang hendak dikirim ke Australia. Dokter yang direkrut ini untuk melihat kondisi sapi setempat.
"Dokter hewan ini juga sekaligus menjadi pendamping sapi yang akan dikirim dari Australia itu jika nanti dikirim," ujarnya.
Namun demikian, ia mengklaim pada kementerian terkait, menyangkut soal kuota sudah tidak jadi masalah. Malah, kata dia, menjadi perhatian untuk segera didatangkan.
"Kami di HKTI NTB menyiapkan hal dasar seperti kandang, rumput, lahan, lokasi karantina yang di Sekotong. Kita minta supaya segera," bebernya.
Sambil menunggu realisasi program tersebut, terangnya, Pemkab Lotim melalui Dinas Peternakan, akan menambah kuota KUR sapi. Penerima yang hendak jadi prioritas ialah peternak yang telah siap kandangnya.
Menurut Iwan, pihaknya mendapat tambahan kuota untuk program penerima KUR tanpa bunga.
Dirinya juga menghimbau bagi masyarakat yang telah membuat kandang agar tidak dirusak.
"Jadi tidak ada yang sia-sia masyarakat ini," tandasnya. (kin)