LUAR BIASA: Bule Prancis, Benjamin Ortega berpose dengan latar belakang sampah yang sukses dikumpulkan di Gunung Rinjani.
SELONG -- Gunung sangat rentan dengan sampah. keberadaan sampah ini tidak lain karena ditinggalkan para pendaki.
Seperti Gunung Rinjani misalnya. Minimnya kesadaran para pendaki telah menodai kebersihan gunung yang disebut-sebut sebagai tandon air raksasa Pulau Lombok ini.
Beragam sampah seperti kategori organik dan non organik kerap dijumpai di gunung ini. Buntutnya, tak hanya menyebabkan gunung kotor, tapi juga membuat petugas harus ekstra keras membersihkan sampah-sampah tersebut.
Sebenarnya, sudah kerap kali Gunung Rinjani di-clean up. Tak hanya oleh petugas, banyak pula komunitas-komunitas lain yang peduli turut terjun membersihkan sampah-sampah tersebut.
Di Rinjani, dalam sejarah clean up yang pernah ada, rupanya aksi terbesar dilakukan oleh bule asal Prancis. Bule itu bernama Benjamin Ortega.
Bayangkan saja, dalam tempo 3 hari, pria ini mampu mengumpulkan 1.603 ton sampah dari gunung tertinggi ketiga di Indonesia tersebut. Jumlah itu tentu angka yang sangat fantastis.
“72 jam dan 1.603 ton sampah diambil kemudian kami kembali turun dari ekspedisi kecil kami!," tulis Ortega dalam unggahan akun Instagram miliknya dua hari lalu.
Jumlah sampah yang sangat besar yang dikumpulkannya itu rupanya membuat Ortega sedikit tak percaya. Namun begitu, ia merasa bangga bercampur senang dengan sukses yang diraihnya itu.
Ortega sedianya tidak bekerja sendiri. Aksinya ini dibantu pula oleh Green Rinjani, sebuah perusahaan trekking.
Dalam unggahannya, Ortega menyebut Green Rinjani sangat luar biasa. Bersama perusahaan ini ia merencanakan bersama tindakan luar biasa yang baru saja dituntaskannya itu.
“Dari ide kecil tentang gunung berapi yang lebih bersih, hingga bertemu @greenrinjani. yang luar biasa, merencanakan bersama pembersihan terbesar yang pernah dilakukan di sana," tulis penggalan status pria ini.
Sembari merencanakan aksi clean up itu, kedua belah pihak mengumpulkan uang dengan menjual baguette virtual. Hasil penjualan ini kemudian digunakan membayar 50 porter untuk terlibat.
Seperti tak percaya dengan apa yang ia lakukan, Ortega kembali menulis bahwa dirinya tidak pernah berpikir bisa mewujudkan penggalangan dana yang begitu cepat. dari penjualan baguette virtual itu digunakan pula untuk makanan, tiket taman nasional, dan asuransi selama aksi berlangsung.
Secara pribadi, Ortega menyebut aksi ini perjalanan gila. Perjalanan ini menjadi kenangan luar biasa yang ia lakukan demi gunung yang lebih bersih. (jl)