PRAKTEK: Para peserta pelatihan keamanan destinasi wisata mengikuti praktek penyelamatan di lokasi wisata.
GERUNG -- Pada sektor pariwisata, keindahan alam, budaya, seni yang didukung dengan infrastruktur dan konektivitas saja tidak lagi cukup. Saat ini, pariwisata harus bisa lebih menjamin wisatawan dalam hal kesehatan, keamanan, dan keselamatan.
Selain kebersihan, kenyamanan, melakukan protokol kesehatan covid-19 dalam kebersihan, kesehatan, keamanan, juga diperlukan kesiapsiagaan dalam berbagai kondisi.
Untuk itu, Dinas Pariwisata Lombok Barat menggelar Pelatihan Keamanan dan Keselamatan Destinasi dan Daya Tarik Wisata. Kegiatan ini diselenggarkan di Montana Premier Senggigi pada Kamis - Sabtu (29-31/7/2021) kemarin.
Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat, Saiful Ahkam mengatakan, pelatihan yang dilakukan ini demi menjamin keseriusan terhadap penanganan kesehatan, keamanan, dan keselamatan di destinasi wisata. Kegiatan ini juga menjadi hal penting untuk mempercepat pemulihan pariwisata agar lebih berkualitas, aman, dan nyaman.
“Keamanan dan keselamatan di obyek wisata merupakan salah satu cara memberikan pelayanan kepada pengunjung. Khususnya obyek wisata kolam renang maupun air terjun itu harus terjamin, sehingga wisatawan merasa tenang dan aman ketika berkunjung. Terlebih wisatawan yang membawa sanak keluarganya,” ucap Ahkam.
Seluruh kegiatan yang dilakukan pihaknya, lebih pada peningkatan hospitality pelaku wisata. Harapannya, agar setelah pandemi ini pariwisata di Lombok Barat menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
Kegiatan ini juga mendapat apresiasi dari Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid. Menurutnya, keamanan dan kenyamanan pengunjung menjadi yang utama dalam pelayanan di obyek wisata.
“Beberapa hari lalu pelatihan keamanan pantai, sekarang terkait keamanan dan keselamatan tempat wisata. Melalui pelatihan-pelatihan yang digelar Dinas Pariwisata seperti pelatihan saat ini, saya harap para peserta dapat mengikuti dengan serius dan dipraktikan di tempat wisata masing-masing,” pesan bupati.
Kegiatan Pelatihan Keamanan dan Keselamatan Destinasi dan Daya Tarik Wisata sendiri diikuti 40 orang peserta. Mereka ini merupakan pengelola atau penjaga keamanan destinasi wisata yang memiliki wisata air berupa kolam renang, air terjun, danau, dan lainnya.
Dalam pelatihan, para peserta mendapat materi seperti Protokol Kesehatan Covid-19, Mitigasi Bencana, Praktek P3K, hingga praktek Penyelamatan. Peserta dibimbing langsung oleh para narasumber dari anggota Badan SAR Nasional (Basarnas) NTB, Dinas Kesehatan Lombok Barat, Polres Lobar, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Barat.
Salah satu peserta pelatihan, L Ahmad Bukhari memberikan tanggapannya. Menurutnya pelatihan selama tiga hari ini sangat bermanfaat, karena materi pelatihan yang disampaikan para narasumber dianggapnya sangat membantunya memberikan keamanan dan keselamatan, khususnya di air terjun.
“Keamanan dan keselamatan di tempat kami masih minim. Tapi dengan adanya pelatihan ini bisa menjadi pembelajaran untuk kami kedepannya agar dapat melakukan penjagaan,” ungkap pria yang sehari-hari bekerja sebagai petugas keamanan Air Terjun Timponan yang berada di Kecamatan Lingsar ini.
Senada, Pokdarwis Desa Sesaot, Imam Poleng juga mengaku pelatihan yang diberikan sangat bermanfaat. Menurutnya, hal ini sangat dibutuhkan bagi penjaga-penjaga khususnya wahana air.
“Pelatihan ini sangat penting,terutama bagi saya pribadi yang tidak begitu banyak tahu tentang tata cara pertolongan pertama pada korban tenggelam. Karena di pelatihan ini kita juga diajarkan cara menyelamatkan orang atau SOP keselamatan,” ujar Imam.
Ada beberapa metode dalam memberikan pertolongan pada kecelakaan di air. Pertama adalah Reach, yakni cara pertolongan yang dilakukan dari darat atau pinggir kolam. Bantuan pertolongan ini dilakukan ketika korban tidak jauh dari pinggiran kolam. Cara memberikan pertolongan yakni dengan menjangkau atau meraih korban dari pinggir.
Kemudian dengan cara Throw. Metode ini adalah lanjutan dari Reach, yaitu pertolongan menggunakan alat apung apapun yang ada dengan cara melempar ke posisi korban dari daerah yang aman. Metode ini dilakukan jika korban berada cukup jauh dari tepi kolam.
Selanjutnya penyelamat bisa menggunakan metode Row. Metode ini dilakukan jika tindakan Reach dan Throw sudah tidak dapat dilakukan.
Penyelamat harus mendekati korban dengan menggunakan perahu, kano, papan selancar, atau perahu karet, kemudian setelah mendekat dengan korban maka penyelamat bisa menggunakan metode Reach dan Throw.
Cara terakhir yakni dengan menggunakan metode Go. Dengan metode ini sang penolong berenang mendekati korban dengan membawa alat bantu apung untuk memberikan pertolongan. Setelah berhasil memberikan alat apung kepada korban, penolong dapat kembali ke posisi aman atau menepi ke pinggir kolam. (jl)