GOTONG ROYONG: Jajaran Dispar Lombok Barat dan Pemdes Sesaot menggelar aksi bersih-bersih di lokasi pemandian Sesaot.
GERUNG -- Berkolaborasi dengan pemerintah desa, masyarakat hingga mahasiswa, Dinas Pariwisata (Dispar) Lombok Barat (Lobar) kembali turun melakukan aksi bersih-bersih di Pusat Rekreasi Masyarakat (Purekmas) Sesaot yang berada di Desa Sesaot Kecamatan Narmada, Jum’at, (3/9).
Kehadiran Dispar Lobar dalam salah satu upaya menjaga kebersihan destinasi-destinasi wisata ini disambut baik oleh Kepala Desa Sesaot, Yuni Hariseni.
Walaupun diakuinya Purekmas Sesaot sendiri sudah mempunyai petugas kebersihan, bagi Yuni, agenda mingguan Dispar ini tidak melulu hanya memberikan bantuan berupa efek instan kebersihan lingkungan di hari itu saja.
“Terima kasih pada hari ini, tentunya ada dari Dispar hadir di Pusat Rekreasi Masyarakat Desa Sesaot untuk membantu melakukan aksi bersih-bersih. Tentunya bagi kami ini bukan sekedar gotong royong namun juga suntikan motivasi serta edukasi yang kita harapkan bisa berkelanjutan bagi pelaku pariwisata di sini,” tutur Yuni.
Tidak berhenti di sana, Yuni kemudian sangat berharap pemerintah daerah dalam hal ini Dispar Lobar memberikan pelatihan atau penguatan terhadap sumber daya manusia yang dimiliki Desa Sesaot khusunya dalam hal kebersihan destinasi wisata.
“Kami juga supaya dibantu bagaimana penguatan kapasitas SDM dalam hal kebersihan destinasi yang tentunya ini juga sangat-sangat kami harapkan. Kemudian motivasi yang lain lagi agar Sesaot terus bisa mengembangkan diri,” lanjutnya.
Menjawab hal tersebut, di tempat yang sama, Kepala Dispar Lobar Saiful Ahkam mengaku memang sudah menjadwalkan dua pelatihan yang akan dilaksanakan di minggu kedua bulan September ini. Pelatihan ini dikatakan Ahkam akan menyasar SDM yang ada di desa-desa wisata.
“Nah kita di Dinas Pariwisata di minggu kedua bulan September ini memang menghajatkan mengadakan peningkatan kapasitas melalui pelatihan. Dan melihat kecenderungan desa-desa wisata kita, maka yang pertama kami menawarkan pelatihan outbond buat desa wisata. Saya kira Desa Sesaot menjadi salah satu yang akan kami jadikan peserta, dan nantinya bisa menjadi contoh untuk pengembangan atraksi outbond itu,” ungkap Ahkam.
Yang kedua, lanjutnya, tentu supaya CHSE di destinasi wisata semakin kuat, dalam rangka mencari format zona hijau di destinasi wisata, pemerintah tetap mengintegrasikan pelatihan-pelatihan dengan berbasis CHSE.
"Nah salah satu pelatihan khusus tentang CHSE itu juga kami laksanakan di hari yang sama, dengan tema pengelolaan sampah di destinasi wisata," lanjutnya.
Ahkam kemudian sangat berharap dengan adanya pelatihan khususnya mengenai pengelolaan sampah, pengelolaan sampah di suatu destinasi bisa menjadi lebih mandiri.
”Semoga pengelolaanya bisa lebih mandiri, dia berbasis 3R, dengan pendekatan daur ulang, supaya sampah ini tidak banyak dibawa ke TPA, tapi bisa dicarikan nilai ekonomisnya,” harapnya.
Dalam pelatihan tersebut, Ahkam menyebutkan akan ada 40 peserta dari 13 desa wisata yang ada di Lobar. Pemilihan 13 desa sebagai peserta ini pun diakuinya berdasarkan beberapa hal terkait kondisi destinasi wisata yang ada di desa tersebut.
Pemilihan dilakukan secara bertahap, dimana tiga belas desa pertama ini dianggap memiliki problem sampah yang cukup pelik di tengah destinasi wisata. Selain itu juga dengan melihat komitmen kelembagaan dan kemasyarakatannya kuat.
Menurutnya, dengan diadakannya secara bertahap, pelatihan-pelatihan yang diberikan bisa menjadi lebih terukur, dan memperlihatkan hasil yang kongkrit.
“Dan tentu harus ada rentang waktu dimana kita juga melakukan pendampingan evaluasi yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Desa Sesaot sendiri belum lama ini mendapatkan bantuan anggaran sebesar Rp. 600 juta dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia. Bantuan anggaran tersebut diperuntukkan untuk akses jalan lingkungan.
Lebih detail Kades Yuni menyampaikan jika anggaran tersebut dialokasikan untuk pembangunan akses jalan menuju destinasi wisata dan penambahan atraksi wisata yang ada di Desa Sesaot.
“Yang pertama ada jalur untuk menuju air terjun Semporonan yang ada di Dusun Gontoran. Kemudian ada jalur yang menuju Hutan Kemasyarakatan (HKM) dan di sebelahnya ada hutan pinus yang rencananya akan kita buat sebagai camping ground,” sebut Yuni.
Pengerjaan akses jalan menuju destinasi wisata inipun disampaikan Yuni sudah sampai pada 65 persen pengerjaan.
Bantuan anggaran dari Kemendes yang didapatkan oleh Desa Sesaot ini tentu juga menuai syukur dari Kadispar Lobar Saiful Ahkam.
“Sesaot adalah salah satu dari tiga desa yang dibantu oleh Kemendes dengan anggaran khusus untuk desa wisata. Ini menjadi menarik karena ini menandakan dan membuktikan bahwa pariwisata itu diyakini mampu memberikan dorongan kuat untuk pertumbuhan ekonomi. Terutama dari aspek desa wisata itu berarti ekonomi kreatif yang berbasis kemasyarakatan berbasis mikro atau kecil,” tuturnya.
Di sisi lain, hal ini menurutnya justru menjadi tantangan. Dengan penambahan anggaran seperti ini, untuk bagaimana menciptakan atraksi yang lebih variatif sehingga penawaran paket wisata ke destinasi menjadi lebih beragam.
“Bebannya banyak, tinggal bagaimana caranya sekarang desa ini mampu menggeret banyak pihak untuk mau berkolaborasi. Karena dengan kawasan yang semakin ramai, kemudian dengan jenis paket yang semakin banyak, tentu membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif dan mumpuni,” tegas Ahkam. (jl)