KUNJUNGAN: Jajaran Dinas Pertanian NTB mengunjungi hasil produk pertanian yang diciptakan kelompok Taruna Tani ASA Mandiri. |
SELONG -- Kepala Dinas Pertanian dan Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pertanian (BPTP) Provinsi Nusa Tenggara Barat beserta rombongan, meninjau produk Taruna Tani ASA Mandiri.
Kunjungan kali ini guna melihat langsung progres produk pupuk organik yang dibuat oleh kelompok tersebut. Pasalnya kegiatan itu beberapa bulan terakhir ini didampingi oleh BPTP NTB, dalam mengembangkan agensi hayati dalam pelaksanaan program P4 (Program Pemberdayaan Petani dalam Pemasyarakatan PHT).
Rombongan meninjau langsung rumah produksi berupa Tricho Kompos ASA Green, Rumah Produksi Pesnab Daun Nimba, PGPR, ZPT dan Pesnab ASA Green serta laboratorium mini milik kelompok itu.
Kegiatan itu berpusat di Dusun Sukamulia, Desa Pohgading Timur, Kecamatan Pringgabaya, Lotim.
Kedatangan rombongan tersebut, disambut hangat oleh pengurus dan anggota kelompok tersebut, juga oleh perwakilan dari Pemerintah Desa (Pemdes) setempat.
Kadis Pertanian NTB, M Riadi SP MEc Dev mengungkapkan, rasa bangganya atas eksistensi kelompok tersebut. Dalam mengembangkan agensi hayati untuk membantu petani sekitar.
"Saya merasa bangga atas eksistensi saudara Badri dan anggota Kelompoknya yang telah melakukan kegiatan pembuatan agensi hayati ini selama bertahun-tahun", ungkap M Riadi, setelah meninjau lokasi kegiatan kelompok itu, Rabu (29/9).
Dengan demikian pihaknya berharap agar kelompok itu tetap semangat serta konsisten dalam mengembangkan agensi hayati. Sebab dalam pemasyarakatan disebutnya bersaing dengan raksasa yang telah sejak lama mengembangkan hal serupa. Baik yang berbentuk pupuk bahkan sampai dengan pestisida kimia.
"Agensi hayati kita bersaing dengan raksasa yang sudah sejak lama mengembangkan pupuk dan pestisida kimia," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPTP NTB Baiq Rahmayati menerangkan bahwa, pada tahun 2021 ini ada lima kelompok Petani Milenial yang diberikan bantuan Program P4. Yakni empat di pulau Lombok, salah satunya Taruna Tani ASA Mandiri dan satu lagi di pulau Sumbawa.
Bantuan itu, kata dia, diberikan kepada pemuda yang disebutnya petani masa kini. Untuk mematahkan paradigma yang selama ini berkembang.
"Petani itu kotor, tidak punya masa depan, miskin dan kumuh," ungkapnya.
Pemikiran itu, bebernya, terbantahkan dengan keberadaan kelompok semacam itu. Dirinya menyebut ternyata banyak anak muda milenial yang memiliki potensi, kreativitas serta inovasi.
Dia menyebut dalam dunia pertanian kelompok satu ini telah mengembangkan inovasi itu tak semudah telapak tangan. Melainkan membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya.
"Kelompok saudara Badri dan anggota sudah bertahun-tahun mengembangkan inovasi dalam bidang pertanian dengan produk-produk yang dikembangkan hingga saat ini," paparnya.
Terpisah Ketua Kelompok Taruna Tani ASA Mandiri, Badri menceritakan, kegiatannya tersebut sejak tahun 2010 yang lalu. Terutama produk yang pernah diberikannya label ASA Green.
Tujuan kegiatan itu disebutnya untuk membantu petani sekitar dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Terutama dalam mengolah lahan pertanian dengan menggunakan agensi hayati.
Ia membeberkan, setelah mendapatkan pendampingan Program P4 dari BPTP NTB ia bersama anggota melakukan inovasi sehingga saat ini memiliki setidaknya lima produk.
"Yakni Pesnab ASA Green, ZPT, PGPR, Beauveria bassiana, Pesnab Daun Nimba dan Tricho Kompos ASA Green," sebut mantan pemuda pelopor tahun 2017 ini.
Sarjana pendidikan biologi ini mengatakan, jika produk yang dibuatnya itu awalnya hanya untuk petani sekitar. Dan perlahan usahanya itu membuahkan hasil.
Buktinya petani sekitar mulai beralih dari ketergantungan obat-obatan yang mengandung kimia. Saat ini lebih memilih menggunakan agensi hayati.
Di lain sisi, ucapnya, dengan menggunakan pupuk alami ini dapat menekan biaya. Dan hasil produk yang didapati petani disebutnya meningkat.
"Berkat produk yang kami kembangkan ini petani sekitar mulai beralih ke agensi hayati dalam mengelola dan merawat lahan serta tanaman yang mereka budidayakan", pungkas pemuda yang sehari-harinya berprofesi sebagai guru tidak tetap itu. (kin)