MEMBATIK: Ratna Dwi Ambar Wati sedang membatik dengan motif terbarunya yakni motif Alqu'an.
DOMPU -- Menyebut batik, sudah barang pasti ingatan publik akan mengarah ke Pulau Jawa. Ini karena produk batik di daetah ini sudah sangat masyhur.
Tapi jangan salah, aktivitas membatik tidak saja di Pulau Jawa. Di NTB, tepatnya di Desa Kadindi, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu juga ditemukan aktivitas yang sama.
Di sini, sejumlah warganya menekuni aktivitas membatik. Hanya saja tentu, usia aktivitas membatik ini tidak setua yang dilakoni masyarakat Pulau Jawa.
"Ilmu tentang batik saya dapatkan di bangku kuliah," ujar Pembatik Tambora, Ratna Dwi Ambar Wati, saat dihubungi JEJAK LOMBOK, Jum'at (29/10)
Ilmu itu, jelasnya, didapatinya saat mengenyam ilmu di jurusan Desain Tekstil, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di pergirian tinggi ini, ia nyambi sebagai desainer motif freelance.
Dirinya mendirikan usaha batik setelah menikah ke Dompu, tepatnya bulan Februari tahun 2021. Usaha itulah yang disebutnya dengan Batik Tambora.
Prempuan kelahiran Jakarta 1996 ini, menuturkan, motif yang dibuat masih bernuansa budaya dan sejarah. Seperti Uma Lengge (rumah adat suku Mbojo), Tawon Baghaskara (madu khas Sumbawa) dan Jara Sekardiu (wayang legendaris Suku Sasak).
Berkat kepiawaiannya mengukir motif batik, belakangan ini dia mendapatkan pesanan dari orang nomor satu di Kabupaten Dompu. Ia diminta membuat motif Jara Pasaka.
Motif itu, terang dia, sebuah akronim dari porgram kerja utama Bupati di daerah itu. Selain itu, karya terbarunya yang ia tawarkan yaitu berupa konsep Alquran.
"Batik Tambora juga membuat Batik Alqur'an, yaitu ayat Al-Qur'an yang diproses dengan teknis batik tulis, motif ini baru pertama di NTB," ujarnya.
Ia mengaku, kepiawaiannya mengukir di kain itu didapatinya dari pengalaman magang di salah satu industri batik Laweyan.
Sebab waktu itu, kata dia, ilmu yang didapatinya langsung dengan pemilik usaha itu. Orang itu, bebernya, merupakan tokoh penggerak pengusaha batik di kawasan Surakarta.
Saat ini karyanya itu dapat ditemukan di pasar skala nasional. Selain di NTB juga di wilayah lainnya seperti Bengkulu, Bali dan Jawa.
Motif eksklusif, jelasnya, biasanya dipesan oleh customer. Karena hanya mereka yang tahu filosofisnya.
"Dibuat oleh desainer yang otoritatif (lulusan desain tekstil)," terangnya. (kin)