Bale Mangrove : Bakau Purba Ikonik di Bale Mangrove |
Selong-- 166 tahun silam, tepatnya pada 25 Juli 1856, Lombok di guncang gempa tektonik yang cukup besar. Buntut peristiwa itu, terjadi tsunami yang menerjang wilayah ini. Salah satunya di selatan, Lombok Timur.
Tentu bencana alam itu, menyisakan pilu bagi warga terutama ia yang hidup di pesisir pantai. Tapi sepertinya peristiwa itu, sedikit melegakan bagi warga Dusun Poton Bakau, Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Lotim.
Sebab mereka terselamatkan dengan keberadaan pohon bakau di lokasi itu. Tak heran jika mangrove di lokasi itu, tak lepas dari cerita magis.
"Masyarakat sekitar berlindung ke pohon mangrove purba dan mereka terselamatkan dari amukan tsunami itu yang padahal tempatnya sangat dekat dari bibir pantai dan waktu itu pohon mangrove itu sudah ditemukan sebesar itu," tutur Ketua Pokdarwis Bale Mangrove, Lukmanul Hakim, Ahad (16/1)
Di tempat ini, kata dia, setidaknya terdapat dua jenis pohon bakau. Yakni pertama oleh masyarakat setempat disebut Pining varietas ini termasuk dalam Sonneratia Alba. Kedua ialah Rhizophora dengan tinggi sekitar 25 sampai 40 meter.
Pining oleh warga setempat diberi nama dengan Pohon Purba. Pasalnya oleh masyarakat di sana jenis ini telah berusia ratusan tahun lamanya. Bahkan, tinggi pohon itu ditemukannya setinggi yang diluhat saat ini.
Menurut Lukman, banyaknya pohon tua di lokasi itu disebutnya menjadi bukti asal muasal nama wilayah tersebut, yakni dengan sebutan Dusun Poton Bako.
Legenda pohin tua itu, masih nyaring terdengar hingga saat ini, begitu juga dengan cerita magisnya.
Salah satu legenda yang berkembang ialah ketika dulu tsunami menerjang kawasan di pulau Lombok Timur, warga yang selamat karena berlindung di bawah pohon tersebut. Padahal, jika dilihat jaraknya sangat dekat dengan pantai.
Dari cerita rakyat itu, bahwa pohon mangrove di wilayah itu telah berusia 300-an tahun. Bahkan kemungkinan, kata dia, sudah mencapai setengah abad.
Meski demikian,dirinya mengaku untuk dapat memastikan usia pohon tersebut diperlukan penelitian lebih lanjut. Tentunya oleh ilmuan dibidang tetsebut termasuk ahli keperbukalaan, geologi dan yang lainnya.
"Kami sangat mengharapkan supaya ada tim ahli (ilmuan) yang berkenan melakukan penelitian terkait dengan keberadaan mangrove purba ini agar kita dapat mengetahui secara pasti mengenai usia mangrove tersebut demi kemajuan wisata di kawasan ini," harapnya
Keberadaan pohon tua itu, sepertinya membawa berkah bagi warga setempat. Sebab, destinasi di lokasi menjadikan pohon tersebut jadi ikon ekowisata.
Belakangan lokasi ink tengah viral, bahkan tak jarang dipilih sebagai tempat foto preweed bagi sejoli yang hendak melansungkan ikatan janji suci.
Lukman menuturkan, lokasi itu baru dibuka tiga bulan yang lalu. Keberadaan wisata itu disebutnya tak terlepas dari keinginan kuat pemuda setempat.
Ia menjelaskan, nama Bale Mangrove memiliki nilai filosofis. Yaitu sebagai gambaran menjaga, melindungi, serta bermanfaat untuk daerah pesisir.
Luas areal ini ialah dua hektar. Di lokasi ini pengunjung dapat menikmati wisata tracking mangrove sepanjang 200 meter, spot latar foto, camping graoud di pinggir pantai, menikmati sunrise yang eksotis, hingga mengelili mangrove menggunakan sampan. Tiap hari Ahad, di lokasi itu juga digelar sekolah alam Lentera Bahari.
Untuk bisa sampai di Bale Mangrove, wisatawan dapat melalui jalan utama Desa Jerowaru, menuju jalur Teluk Jukung. Letak destinasi ini tak jauh dari Dermaga Telong Elong.
Untuk dapat menikmati lokasi yang eksotis dan teduh ini, pengunjung cukup bayar tiket masuk Rp 5 ribu perorang.
"Pengunjung setiap harinya ada 100 orang, kalau weekend atau hari libur tiba 150 sampai 200 orang," tutupnya (kin)