"Ini sangat relevan dengan program Kemenkes yang mendorong di daerah-daerah terdapat pelayanan unggulan," ucapnya kepada wartawan, Rabu (24/8).
RSUD Soedjono, terang Tantowi, lebih dahulu mengantisipasi dari Kemenkes. Tak heran jika naiknya RSUD Soedjono menjadi tipe B dinilai layak menjadi rumah sakit rujukan.
Dari jumlah penduduk yang besar, posisi geografis dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dan akan datang. Ia menyebut SDM tersebut ialah Bedah Jantung, Bedah Saraf, Bedah Pelastik, tambahan dari spesialis jantung dan Neurologi.
Selanjutnya, ia mengaku Kemenkes telah berkomitmen mendorong kabupaten- kabupaten untuk memiliki layanan unggulan. Salah satunya pelayanan penyakit kronis.
Sebab, jelas Tantowi, jika dilakukan rujuk terlalu jauh, maka dikhawatirkan akan melewati masa golden periodenya.
Terhadap persoalan itu, Tantowi menilai penting menyambut tantangan dari kementrian Kesehatan.
Lebih lanjut, Tantowi mengakui, kedepan rumah sakit yang dipimpinnya bakal menjadi rumah sakit rujukan neurologi.
Saat ini, Rumah Sakit Soedjono sedang dalam pengampuan rumah sakit pusat kota nasional Jakarta dan rumah sakit jantung.
Sebagai pendukung, RSUD Soedjono telah mengirim tenaga kesehatannya untuk mengikuti pelatihan ICU Khusus Jantung dan treatme. Dengan demikian, RSUD layak menjadi rumah sakit pusat rujukan penyakit jantung.
Tidak hanya itu, untuk memaksimalkan realisasi tujuan tersebut, saat ini pimpinan RSUD Soedjono sedang peroses untuk mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk tahun 2023. Dana tersebut untuk mengembangkan layanan itu.
Karena UGD baru, imbuhnya, harus dilengkapi dengan peralatan yang sesuai. Sehingga untuk tindakan emergency seperti struk hingga penyakit jantung dapat ditangani di RSUD Soedjono.
Tahun depan, tegasnya, bedah jantung dan bedah saraf dipastikan sudah ada.
"Tahun depan bedah jantung sudah ada, bedah saraf sudah ada," pungkasnya. (hs)