Dia menghimbau untuk memberikan perhatian lebih bagi objek wisata pantai yang berpotensi menimbulkan kecelakaan.
Salah satunya di kecelakaan di pantai Tanjung Menangis pada jum'at (2/6) lalu.
Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, tak heran jika DPRD Lombok Timur menekankan kepada pihak yang bertugas mengelola tempat wisata tersebut agar memasang rambu-rambu daerah berbahaya.
Selain itu juga menempatkan personil pada pantai yang memiliki palung.
Lebih-lebih, kata Murnan, sejak berakhirnya pandemi covid-19, sejumlah destinasi wisata mulai ramai dikunjungi, tak terkecuali wisata pantai.
Murnan mengatakan, korban tenggelam di pantai Tanjung Menangis tidak hanya kali ini.
"Sudah lama diketahui di pantai Tanjung Menangis ada palung dalam, dan sudah menyebabkan kejadian seperti itu (tenggelam-red) banyak sekali," ucap Murnan, pada senin (5/6).
Dia mengatakan, daerah-daerah seperti itu harusnya diberikan warning oleh Pemerintah Daerah melalui kepada Dinas Pariwisata dan BPBD.
Agar lebih maksimal, tegasnya, harus berkolaborasi menciptakan suasana kondusif di tempat itu.
"Kalau tidak seperti itu akan ada lagi korban yang lain. Mending ditutup saja," tegasnya.
Pantai Tanjung Menangis itu, terang Murnan, juga sangat terkenal dengan arusnya yang kencang.
Walaupun permukaannya terlihat tenang, namun didalamnya tersimpan arus yang siap menarik siapa saja tersedot ke dalam.
"Harapan kita harus ada kolaborasi di tempat itu, baik dari Dispar, BPBD dan Desa, dibuat semacam mitigasi kapan dia boleh dan tidak dibolehkan pengunjung disana. Perlu ada kajian dari pihak pihak terkait," tutupnya.(jl)